Seorang Gadis di Purbalingga Mengayuh Sepeda Demi Mendapatkan Makan Gratis

19 September 2021, 07:25 WIB
Seorang Gadis di Purbalingga Mengayuh Sepeda Demi Mendapatkan Makan Gratis. /Pixabay.

Lensa Purbalingga - Pagi itu seorang gadis di Purbalingga mengayuh sepeda onthelnya. Bulir keringat menggunduk di kening, bibir, dan ujung hidungnya.

Sampai di tempat yang dituju dia memarkirkan sepeda itu di muka sebuah rumah makan di wilayah Purbalingga.

Baca Juga: Tingkatkan Herd Immunity, Para Pelaku Jasa Transportasi di Purbalingga Disuntik Vaksin Covid-19

Dengan tubuh yang masih bersimbah peluh dia memasuki rumah makan di jalan Kirana nomor 16, Kelurahan Purbalingga Lor itu.

"Permisi, apa benar ini RMR (Roemah Makan Rakyat) gratis?" Tanyanya dengan santun nan lugu.

Seseorang yang masih sibuk mempersiapkan membuka rumah makan membenarkan. Diapun dipersila masuk. Gadis itu lalu memesan sepiring nasi rames dan segelas teh hangat.

Baca Juga: Kedua Pemuda di Kebumem Ditangkap Warga Usai Curi Motor

Dia lalu duduk di meja lesehan dekat pintu masuk. Lahap gadis remaja ini memakan menunya. Saat suapan terakhir dia lumat dan meneguk beberapa teguk teh hangatnya, seorang perempuan menghampirinya.

"Rumahnya di mana, dik?" tanya perempuan paruh baya bernama Ning dengan ramah.

"Dawuhan (Desa Dawuhan, Kecamatan Padamara) Bu" jawab si gadis.

"Wah, jauh juga, ya. Tahu dari mana kalau di sini ada RMR, dik?"

"Dari bapak" jawab si gadis sesekali masih menyeruput teh hangat di depannya.

"Ooo... Bapak kerja di daerah sini, dik?" Ning meneruskan pertanyaannya.

"Tidak, Bu. Bapak tukang sol sepatu keliling" gadis ini menjawab tetap dengan keluguannya.

Seketika gadis bernama Heny ini berinisiatif bertanya kepada Ning.

"Bu, saya boleh engga nambah nasinya?" Heny memberanikan diri bertanya.

Baca Juga: Kapal Pengayoman IV Kemenkumham Tenggelam di Cilacap, Ini Nama-Nama Korbannya

Dengan wajah lugu yang nanar matanya menyentuh hati Ning segera memenuhi pinta gadis itu. Dia mengantarkan sendiri nasi lengkap dengan lauk-pauknya ke meja Heny.

Heny segera melahapnya. Mungkin semalam tak ada apapun yang masuk ke lambungnya. Pagi itu, sebelum makan siang Roemah Makan Rakyat masih belum begitu ramai.

Baca Juga: Bupati Tiwi Tiba-Tiba Sidak Sejumlah Obyek Wisata di Purbalingga, Ada Apa

Heny yang pagi itu mengenakan kerudung putih kembali dihampiri oleh Ning. Dia tidak merasa enggan atau rikuh. Mereka mengobrol beberapa hal.

"Ini barusan dari mana, kok bisa sampe sini, dik?" Ning bertanya

"Sengaja, Bu"

Heny seperti mengingat seseorang setelah dia makan. Lalu kembali memberanikan diri untuk bertanya.

"Bu, saya boleh minta nasi untuk dibawa pulang?" Pertanyaannya membuat Ning agak terhenyak.

"Oh, ya. Boleh banget, dik. Buat ibu di rumah, ya?" Tanya perempuan itu seramah mungkin dengan mengguratkan senyum di bibirnya.

"Buat bapak sama adik, Bu. Saya sudah tidak punya ibu." Keluguannya dalam menjawab membuat Ning hampir salah tingkah.

"Ibu meninggal sekitar 10 tahun yang lalu, Bu. Saya juga sempat bekerja untuk membantu bapak. Tapi terus keluar, karena bapak sakit" lanjutnya.

"Kenapa adiknya tidak sekalian di ajak ke sini, dik?" Ning bertanya lagi.

"Adik saya sakit, Bu"

"Oo... Sakit apa, dik?"

"Sakit jiwa" Heny menjawab dengan begitu lugu. Jawaban itu seolah membuat Ning terhenyak, tersayat, dan segera menyiapkan permintaan Heny.

Baca Juga: Truk Masuk Jurang di Desa Tlahab Bayeman Purbalingga

Gema adzan Dhuhur terdengar saat Ning mengantar pesanan Heny. Lalu Heny juga menyempatkan sembahyang Dhuhur di Roemah Makan Rakyat itu.

Selepas solat Heny kembali duduk di tempatnya. Cukup lama dia duduk sendiri di tempat itu. Selepas solat tadi Ning sudah kembali ke kesibukannya di dapur.

Baca Juga: Truk Masuk Jurang di Bayeman Purbalingga, Begini Kronologinya

Jarum jam sudah condong ke kanan. Menjelang pukul 14.30 Heny akhirnya memberanikan diri beranjak dari tempatnya. Dia berjalan menuju dapur rah makan itu.

Dia menghampiri perempuan yang tadi mengajaknya mengobrol. Ning yang sedang terbenam dalam kesibukannya sontak kembali terhenyak.

"Permisi, Bu, apa saya boleh meminta nomor telepon ibu?" Tanya Heny.

Ning yang merasa bersimpati lalu memberikan nomor teleponnya.

"Terima kasih, Bu. Saya pulang dulu, Bu" kata Heny yang kemudian mengecup punggung tangan Ning.

Baca Juga: Kisah Seorang Gadis di Purbalingga, Bisa Minta Nasi Dibawa Pulang Untuk Bapak dan Adik Dirumah

Dia beranjak ke sepeda onthelnya yang sedari tadi teronggok di depan rumah makan. Susah payah dia menaiki sepedanya.

Kakinya mesti berjingkit-jingkit agar bisa duduk pada sadel yang telah kehabisan busanya. Dia mengayuh sepedanya dengan dua bungkus nasi rames yang tercantol di stang sepedanya.

Setahun kemudian, 18 September 2021 cerita yang tergurat di status Facebook Ning Suharminingsih mengingatkannya pada gadis remaja yang sedang belajar bertanggungjawab. Demi bapak dan adiknya.***(TM)

Editor: Kurniawan

Sumber: Facebook @Ning Surahminingsing Sanabel

Tags

Terkini

Terpopuler