Cerita Tursiyah, Seorang Nenek di Purbalingga Masih Bertahan Membuat Gula Kelapa

3 Januari 2024, 05:38 WIB
Cerita Tursiyah, Seorang Nenek di Purbalingga Masih Bertahan Membuat Gula Kelapa. /Kurniawan./

Lensa Purbalingga - Selain dikenal dengan produksi knalpot dan rambut palsu (wig), Purbalingga juga dikenal sebagai salah satu sentra penghasil gula kelapa di Jawa Tengah. 

Nenek Tursiyah (62) yang berasal dari grumbul brubahan desa Majatengah, Kecamatan Kemangkon, Purbalingga sampai saat ini masih memproduksi gula kelapa hasil dari pohonnya sendiri yang di deres oleh suaminya.

Baca Juga: Seiring Tren Dukungan Ormas Islam Menguat ke Prabowo-Gibran, Capres Nomor Urut 2 Potensi Menang Sekali Putaran

Dari 5 pohon yang ia panjat mengahasilkan 2 sampai 3 ember ukuran kecil atau sekitar 5 liter nira pada pagi hari. Dari 5 liter nira tersebut bisa menghasilkan kurang lebih 2 kg gula. 

Nenek Tursiyah memulai memasak nira tersebut mulai pukul 06.00 sampai pukul 08.00 atau kurang lebih 2 jam. 

"biasanya kalau turun gasik ya jam 6 sudah dimasak tapi ngga mesti kadang ya jam setengah 7 baru turun jadi rada siang masaknya". tutur nenek warga Majatengah Purbalingga, Selasa 2 Januari 2023.

Baca Juga: Kades Sirandu Purbalingga Meminta Maaf Kepada Ketua BumDes atas Tuduhan Korupsi

Proses pembuatan gula kelapa ini tergolong cukup mudah, namun juga diperlukan skill memanjat pohon kelapa demi mendapatkan nira. 

Dimulai dari memotong sedikit bagian bunga kelapa (Manggar) atau biasa disebut nderes. Setelah Manggar dipotong kemudian nira ditadahi dengan ember kecil yang sudah diberi campuran kapur sirih dan kulit manggis.

Kemudian proses pengambilan nira biasanya dilakukan pada pagi dan sore hari. pagi pada pukul 06.00 dan sore pukul 16.00.

Baca Juga: Seorang Pria di Kebumen Dilaporkan Meninggal Dunia, Polisi Ungkap Fakta Ini

Nira yang sudah terkumpul biasanya akan disaring beberapa kali hingga tidak ada sisa manggarnya. setelah disaring nira dimasak menggunakan wajan besar sambil sesekali diaduk hingga mendidih. 

Setelah mendidih kemudian nira akan membentuk seperti karamel, setelah itu nira yang sudah membentuk karamel atau adonan gula diangkat dari atas tungku dan harus tetap diaduk supaya tidak mengental diwajan. 

Gula siap dicetak dalam batok kelapa dan tunggu hingga mengering baru bisa diambil dan dijual kepada pembeli.

"Gula yang sudah jadi tek jual di warung tapi sekarang lagi banyak pesenan terus antri jadi ya tek kasih orang yang pesen dulu soalnya kasian sekarang langka banget yang jual gula dan kalau beli dipasar juga pada campuran jadi ya jual diwarungnya pas lagi ngga ada pesenan saja". Katanya.

Harga gula yang dijual yaitu Rp.18.000 per kilogramnya. Tetapi terkadang bisa naik atau turun tergantung susah atau tidaknya nira yang didapat. Kini nenek Tursiyah sudah memulai pembuatan gula tersebut sekitar 25 tahun.***(Hersa)

Editor: Kurniawan

Tags

Terkini

Terpopuler