Hadapi Ancaman Rusia dan Tiongkok, AS Bakal Tunjukan Kekuatan Bom Nuklirnya

- 24 Mei 2020, 17:45 WIB
ILUSTRASI Efek senjata nuklir./net
ILUSTRASI Efek senjata nuklir./net /Tim Lensa Purbalingga/

Lensa Purbalingga - Pertemuan para pejabat senior yang mewakili badan-badan keamanan nasional terkemuka di Amerika Serikat, pada 15 Mei lalu, membahas tentang rencana melakukan ledakan uji coba nuklir pertama sejak 1992.

Hal tersebut menyusul adanya tuduhan dari pejabat administrasi, bahwa Rusia dan Tiongkok melakukan uji coba nuklir.

Pejabat senior administrasi dan dua mantan pejabat lainnya mengatakan, hal ini akan memiliki konsekuensi jangka panjang untuk hubungan dengan kekuatan nuklir lain dan membalikkan moratorium selama beberapa dekade atas tindakan tersebut.

Baca Juga: Pemberlakuan Undang Undang Keamanan Nasional Picu Ketegangan AS Dan Tiongkok

Menurut Pejabat senior administrasi, kemungkinan diledakkannya bom nuklir tersebut sebagai kekesalan sekaligus menunjukkan kepada Rusia dan Tiongkok bahwa AS mampu menjadi kekuatan nuklir terbesar di dunia.

Pertemuan itu tidak menyimpulkan dengan perjanjian apa pun untuk melakukan tes, tetapi seorang pejabat senior administrasi mengatakan proposal itu 'sangat banyak percakapan yang sedang berlangsung.'

Namun, orang lain yang mengetahui pertemuan itu mengatakan bahwa keputusan akhirnya diambil untuk mengambil tindakan lain, sebagai tanggapan terhadap ancaman yang ditimbulkan oleh Rusia dan Tiongkok dalam menghindari dimulainya kembali pengujian.

Baca Juga: Laut China Selatan Memanas, AS Kirim Kapal Perangnya Bantu Malaysia

Dikutip dari artikel "Bahaya! AS Dikabarkan Bakal Ledakkan Bom Nuklir Saking Kesalnya Pada Tiongkok", selama pertemuan itu, perselisihan serius muncul mengenai ide tersebut, khususnya dari Administrasi Keamanan Nuklir Nasional, menurut dua orang yang akrab dengan diskusi. NNSA, sebuah badan yang menjamin keamanan persediaan senjata nuklir negara itu, tidak menanggapi permintaan komentar.

AS belum melakukan ledakan uji coba bom nuklir sejak September 1992, dan para pendukung nonproliferasi nuklir memperingatkan bahwa hal itu sekarang dapat memiliki konsekuensi destabilisasi.

Halaman:

Editor: Henoh Prastowo

Sumber: Pikiran-Rakyat.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x