Lensa Purbalingga - Babad Banyumas Mertadiredjan adalah salah satu versi Babad Banyumas yang ditulis antara tahun 1816-1830.
Babad Banyumas Mertadiredjan adalah naskah babad milik Adipati Mertadiredja I, Bupati Kanoman Banyumas.
Baca Juga: Serial Babad Banyumas Mertadiredjan: Adipati Paguwan Bimbang tentang Sikap Ki Buwang
Babad ini ditulis ulang sekitar tahun 1904 oleh Carok Jaksa Magetan, Raden Natahamidjaja.
Salinan inilah yang dikenal oleh masyarakat umum Banyumas sebagai Babad Banyumas.
Baca Juga: Serial Babad Banyumas Mertadiredjan: Ki Buwang Mengadu Ke Adipati Paguwan
Kemudian, pada 2020, Nasirun Purwakartun menranslet naskah tersebut ke bahasa Indonesia.
Babad Banyumas Mertadiredjan ini ditulis dalam bentuk macapat yang terdiri dari ratusan guru Gatra dan bait.
Baca Juga: Serial Babad Banyumas Mertadiredjan: Pesta Pernikahan dan Adipati Warga Utama Kembali
Berikut adalah lanjutan Babad Banyumas Mertadiredjan yang menuliskan tentang Ki Buwang menyerang Warga Utama dalam bahasa Indonesia.
168.
Ketika itu perjalanan sang pengantin
Gajah pembawa joli berjalan di depan
Baru menyeberang Sungai Palet
Raden Katuhu menjadi sasaran
Penyerangan dilakukan dengan senapan
Dilanjutkan dengan lemparan tombak
Senapan ternyata tidak berguna
169.
Ki Buwang kala itu seolah lupa daratan
Mengamuk membabi buta dengan keris kecilnya
Menerjang ke sana kemari mencari sasaran
Siapapun yang terkena kerisnya langsung mati
Begitu terus menyerang dengan keris kecilnya
Sampai semua mati olehnya
Melihat itu, Adipati Warga Utama segera
170.
Mengambil keris Kyai Jimat yang dibalut kain
Hanya terlihat sedikit saja ujungnya
Menuju lambung kiri sasarannya
Hingga Ki Buwanh pun terluka
Anaknya yang melihat langsung menyerang
Dengan menarik perang
Hendak membunuh dari belakang
171.
Adipati Warga Utama tak mempan disabet pedang
Ia kemudian bangkit dan mengenali
Bahwa sang paman
Dan anaknya sedang menyerang
Dibalas dengan tusukan kerisnya
Terkena di lambung kirinya
Tersungkur dan mati seketika
172.
Seluruh prajurit Wirasaba semua
Satupun tak ada yang ketinggalan
Mereka berlarian ke dalam hutan
Sebagian bersembunyi ke jurang
Sebagian lagi ada yang menyusuri sungai
Semua berlari menyelamatkan diri
Untuk melapor pada sang Adipati
173.
Sementara, mayat Ki Buwang sudah dimakamkan
Sedangkan Adipati Warga Utama kembali melanjutkan perjalanan
Tidak dikisahkan perjalanannya kemudian
Tentang mundurnya prajurit yang menyerangnya
Hingga sampailah mereka di Kadipaten Wirasaba
Menghadap pada sang Adipati