Lensa Purbalingga - Sakirman lahir di Wonosobo tahun 1911. Dia lahir dari keluarga berada. Ayahnya adalah seorang pedagang sukses di Wonosobo. Sakirman menyelesaikan pendidikannya pada tahun 1939.
Meski lahir dari keluarga berada, Sakirman akrab dengan kehidupan kaum kecil. Pada saat berusia 15 tahun Sakirman sangat terkesan dengan satu peristiwa besar yang terjadi di Hindia Belanda.
Waktu itu pecah pemberontakan PKI tahun 1926. Meski berhasil ditumpas oleh pasukan Belanda, peristiwa itu sungguh membekas dalam ingatan Sakirman.
Baca Juga: Lagi, Dinkominfo Purbalingga Dipertanyakan Kinerjanya Oleh Akun Facebook Arisha Puteri Braling
Soe Hoek Gie dalam skripsinya, Orang-orang Di Persimpangan Kiri Jalan menuliskan, Sakirman lebih cenderung nasionalis ketimbang anti-fasis. Karena Sakirman lebih bersimpati kepada pasukan pendudukan Jepang yang berhasil mengusir Belanda.
Sakirman juga tercatat sebagai anggota dari organisasi Gerakan Rakyat Indonesia yang didirikan Amir Sjarifuddin pada 1941. Pada masa pendudukan Jepang dia bekerja di Kantor Kerajinan Departemen Perekonomian Jepang.
Setelah Jepang angkat kaki, Sakirman memilih berjuang bersama Republik dalam laskar rakyat dari Jawa Tengah. Dia juga pernah tergabung dalam Komite Nasional Indonesia.
Kedekatannya dengan Amir Sjarifuddin sejak di Gerindo membuatnya menjadi pemimpin TNI Masyarakat dan Biro Perjuangan saat Amir menjabat Menteri Pertahanan. Amir Sjarifuddin juga sempat menjabat sebagai Perdana Menteri.
Baca Juga: Biadab! Kakaknya Petinggi PKI, Letjend S Parman Jadi Korban Peristiwa G30S PKI