Setelah dana cadangan tersebut diakumulasikan, kemudian mereka berinvestasi dengan mendirikan perusahaan yang bahkan membeli perusahaan di berbagai negara dan perusahaan lintas negara (multinational corporation) yang terus mengalirkan keuntunganya kepada individu warga Israel tanpa mereka harus bekerja.
Koperasi-koperasi mereka itu juga yang akhirnya mendorong berbagai kemajuan masyarakat dan negara Israel.
Membiaya riset di semua aspek, dan bahkan membiayai kantor loby di hampir setiap negara untuk memenangkan berbagai kepentingan mereka.
Baca Juga: Ganjar Pranowo Bertemu Mensos Risma di Makam Bung Karno, Pantesan Rame
Salah satu spirit para Kibbuthzin ketika ditanya oleh Soeroto saat berada di Israel dalam satu sesi pertemuan umum organisasi koperasi dunia International Cooperative Alliance (ICA) adalah karena mereka merasa tidak punya apa apa jadi mereka harus menguasai apapun juga.
Mereka membangun sistem industrinya juga sebagai basis ekonomi pertanian keluarga, dan industri keluarga. Bukan sistem pertanian dan industri korporatif yang kapitalistik.
Baca Juga: Bupati Tiwi Tinjau Lokasi Bencana Pakai Sepatu Selop, Warganet: Eman-eman Sepatune
Menurut Soeroto, sistem Kibbutz ini bisa menjadi percontohan dalam penerapan koperasi di Indonesia.
"Secara mendasar sebetulnya kita patut untuk mengambil pelajaran dari praktek koperasi dan bagaimana negara itu disusun sedemikian rupa sebagai perluasan dari asas kerja demokrasi koperasi dari Israel," katanya.***