Lensa Purbalingga - Babad Banyumas Mertadiredjan adalah salah satu versi Babad Banyumas yang ditulis antara tahun 1816-1830.
Babad Banyumas Mertadiredjan adalah naskah babad milik Adipati Mertadiredja I, Bupati Kanoman Banyumas.
Babad ini ditulis ulang sekitar tahun 1904 oleh Carok Jaksa Magetan, Raden Natahamidjaja.
Salinan inilah yang dikenal oleh masyarakat umum Banyumas sebagai Babad Banyumas.
Baca Juga: Bukan 'Soekarno', Begini Cara Mengeja Nama Presiden Pertama Indonesia
Kemudian, pada 2020, Nasirun Purwakartun menranslet naskah tersebut ke bahasa Indonesia.
Babad Banyumas Mertadiredjan ini ditulis dalam bentuk macapat yang terdiri dari ratusan guru Gatra dan bait.
Baca Juga: Bukan Di Blitar, Ini Tempat Kelahiran Soekarno yang Benar
Berikut adalah lanjutan Babad Banyumas Mertadiredjan yang menuliskan tentang Kyai Tolih Diperintah Membunuh Raja Majapahit bahasa Indonesia:
220.
Ganti dikisahkan, konon pada zaman dahulu kala
Ketika Siung Wanara menjadi seorang raja
Di Kerajaan Pajajaran
Karena marahnya kepada Raja Majapahit
Yang bernama Jaka Sesuruh
Adiknya sendiri diserangnya
221.
Karena kalah perang
Siung Wanara melarikan diri ke luar wilayah kerajaan
Ke daerah Bonokeling
Kemudian menjadi seorang raja
Di Keraton Bonokeling
Kemudian mempunyai banyak prajurit
Yang dipimpin oleh orang sakti
Yang bernama Kyai Tolih
222.
Sudah terkenal Kyai Tolih
Seorang maling sakti
Cerdik ketika menjadi seorang mata-mata
Bertindak kasar dan halus adalah ahlinya
Menyamar ke mana saja tidak pernah ketahuan
Seorang yang terkenal sakti mandraguna
Di seluruh wilayah tanah seberang
Kepandaiannya tanpa tandingan
223.
Tersebutlah Raja Keling
Cucu dari Raja Siung Wanara dulu kala
Karena ingat dendam lama leluhurnya
Kepada Raja Majapahit
Kemudian memerintahkan Kyai Tolih
Berangkat secepatnya
Naik burung Garuda.***