Perajin Kain Tenun Kluwung Gendong Tergerus Zaman

- 31 Maret 2020, 19:46 WIB
Jari Jemari Nenek Kastinah Menenun Kain Kluwung Gendong
Jari Jemari Nenek Kastinah Menenun Kain Kluwung Gendong /Tim Lensa Purbalingga/

LENSA PURBALINGGA – Jari nenek Kastinah (67) yang tampak keriput dengan lincahnya memilah dan memasukan benang demi benang. Tangan yang sudah mulai lemah itu  sesekali menggerakkan Cacag, bagian dari alat tenun tradisional.

 Kastinah tinggal di RT 1/RW 1 Desa Tajug, Kecamatan Karangmoncol, Purbalingga, menjadi salah satu warga yang masih tekun membuat kain tenun Kluwung gendong. “Lare-lare saniki sampun mboten purun nenun. Milihe kerjo teng pabrik. Anak kulo kalihe nggih mboten purun nerusake niki. (anak-anak sekarang sudah tidak mau menenun. Semua pada memilih bekerja di pabrik. Anak saya duanya juga tidak mau meneruskan untuk menenun),” kata Kastinah, Kamis (12/3).

 Kain tenun Kluwung gendong saat ini menjadi barang langka di Desa Tajug. Dulu hampir sebagian besar warganya bekerja menenun kain Kluwung. Seiring berjalannya waktu, tinggal menyisakan enam orang saja yang masih tekun sebagai perajin. Itupun hanya sebagai sambilan, dan rata-rata usia mereka sudah tua.

 Baca Juga: 10 Cara Memverifikasi Kebenaran Berita Corona

 “Paling kantun enem wong ingkang taksih nenun. Umure sampun sepuh sedoyo. Mboten enten lare-lare ingkang purun nerasaken (perajinnya tinggal enam orang. Usianya sudah tua semua. Tidak ada anak-anak yang mau meneruskan),” tutur Kastinah.

Kastinah mengaku tak mengetahui pasti mulai kapan perajin tenun Kluwung ada di Desa Tajug ada.  Seingatnya, sudah sejak lama saat jaman neneknya. Semenjak dirinya lahir, sudah ada perajin kain tenun Kluwung di Desa Tajug. “Ceritane mbahe kulo, ingkang ndamel kain tenun Kluwung sampun wonten sejak jaman Landa. (ceritanya nenek saya, yang membuat kain tenun Kluwung sudah ada sejak jaman Belanda),” kisahnya.

 Untuk membuat satu lembar kain tenun Kluwung ukuran 60 cm X 120 cm membutuhkan waktu seminggu. Pekerjaan itu dilakukan oleh Kastinah hanya sebagai sambilan. Tidak setiap hari penuh bekerja untuk menenun.  “Seminggu saged rampung setunggal (Satu minggu bisa selesai Satu lembar kain,” tuturnya.

Baca Juga: Sapu Purbalingga Dikirim Hingga ke Luar Negeri

 Harga satu lembar kain tenun Kluwung dijual Rp 200 ribu. Pembeli sudah ada yang siap ambil. Kadang permintaan banyak, tetapi hasil tenunan tidak ada. Pedagang yang ambil dari luar daera, kebanyakan dari Wonosobo.

 Kepala Desa Tajug Kuswoyo mengungkapkan, kerajinan kain tenun Kluwung Gendong telah dimulai puluhan tahun silam, sejak Indonesia belum merdeka. Pada masa kolonial Belanda dan zaman penjajahan Jepang merupakan puncak kejayaan kain tenun khas Desa Tajug Karangmoncol, Purbalingga ini.

Halaman:

Editor: Henoh Prastowo

Sumber: Humas Protokol Kabupaten Purbalingga


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x