Amalan Istimewa Puasa 10 Muharram, Begini Tuntunannya dan Bacaan Niat Puasa Asyura

- 3 Agustus 2021, 21:49 WIB
Ilustrasi Amalan Istimewa Puasa 10 Muharram, Begini Tuntunannya dan Bacaan Niat Puasa Asyura
Ilustrasi Amalan Istimewa Puasa 10 Muharram, Begini Tuntunannya dan Bacaan Niat Puasa Asyura /pexels.com/@weekendplayer

Lensa Purbalingga- Tahun baru Islam atau tahun baru Hijriyah 1443 H yang diawali dengan bulan Muharram diperkirakan akan jatuh pada hari Selasa tanggal 10 Agustus 2021 mendatang. Bulan Muharram banyak sekali amalan istimewa terutama puasa 10 Muharram atau puasa Asyura.

Banyaknya amalan istimewa dalam bulan Muharram yang diyakini umat muslim sebagai pertanda peristiwa perjalanan Hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah pada tanggal 1 Muharram.

Sebagai awal Tahun baru Hijriyah bulan Muharram memiliki keistimewaan sesuai sabda Rasulullah SAW, "Sesungguhnya Allah membuka tahun dengan bulan haram (bulan Muharram) dan mengakhirinya pula dengan bulan Haram (bulan Dzulhijjah). Maka tiada bulan dalam satu tahun lebih agung di sisi Allah setelah bulan Ramadhan daripada bulan Muharam."

Baca Juga: Tahun Baru Islam Sebentar Lagi, Ini Amalan Utama Bulan Muharram


Salah satu keistimewaan bulan Muharram ada pada tanggal sepuluh Muharram.

Tanggal sepuluh Muharram termasuk hari paling bersejarah bagi penganut agama samawi, khususnya Islam.

Disebutkan oleh Ibnu Bathal di dalam kitab Syarah Shahih al-Bukhari dikatakan bahwa pada hari itu, Nabi Adam diterima pertaubatannya oleh Allah SWT, kapal Nabi Nuh terdampar di daratan, Nabi Yusuf dikeluarkan dari sumur, Nabi Yunus keluar dari perut ikan.

Nabi ‘Isa lahir pada sepuluh Muharam, dan Nabi Musa diselamatkan dari kejaran pasukan Fir’aun juga pada tanggal sepuluh Muharam.

Baca Juga: Doa dan Amalan Sholawat dari Habib Luthfi yang Menyamai Seratus Ribu Shalawat, Ini Bacaannya

Maka dari itu, ketika Rasulullah SAW berada di Madinah, beliau mendapati seorang Yahudi sedang berpuasa. Nabi bertanya, “Puasa apa yang kamu lakukan ini?

Mereka menjawab, “Pada hari ini Allah SWT menyelamatkan Musa dan menenggelamkan Fir’aun. Akhirnya Nabi Musa puasa pada hari itu sebagai bentuk rasa syukur.”

Mendengar jawaban ini, Nabi berkata, “Kami lebih berhak atas puasa daripada kalian. Nabi kemudian berpuasa dan memerintahkan umat Islam untuk puasa” (HR: Ibnu Majah)

Menurut madzhab hanafi, puasa Muharam termasuk puasa wajib pada awalnya. Kemudian hukum wajib tersebut dihapus setelah adanya perintah wajib puasa Ramadhan.

Baca Juga: 20 Keutamaan Surat Al Waqiah, Dari Kekayaan Berlimpah hingga Mempermudah Sakaratul Maut

Pada waktu umat Islam diwajibkan mengerjakan puasa Ramadhan, maka status hukum puasa ‘Asyura berubah menjadi sunnah kata Badruddin al-‘Ayni dalam kitab Umdatul Qari.

Puasa ‘Asyura disepakati oleh para ulama sebagai puasa sunah, namun mereka berbeda pendapat terkait waktu pelaksanaan puasa ‘Asyura itu sendiri, ada yang mengatakan sembilan dan ada pula yang mengatakan sepuluh muharam.

Perbedaan ini didasarkan pada banyaknya riwayat terkait puasa ‘Asyura.

Sebagai jalan keluar dari perbedaan tersebut, maka puasa ‘Asyura dapat dibagi menjadi tiga waktu menurut Al-Mubarakfuri dalam Tuhfatul Ahwadzi yaitu:

Baca Juga: 15 Keutamaan dan Fadilah Surat Yasin

Pertama, mengerjakan puasa dari tanggal sembilan sampai sebelas Muharam.
Kedua, puasa pada tanggal sembilan dan sepuluh Muharam.
Ketiga, puasa tanggal sepuluh Muharam saja. Pembagian ini sebagaimana

Pendapat ulama yang menganjurkan puasa sebelum dan sesudah sepuluh Muharam berdasarkan hadis dari Ibnu Abbas bahwa Nabi SAW berkata:

صوموا يوم عاشوراء وخالفوا فيه اليهود وصوموا قبله يوما أو بعده يوما

“Puasalah kalian pada hari Asyhur dan berbedalah dengan orang Yahudi. Kerjakan puasa dari satu hari sebelumnya sampai satu hari sesudahnya” (HR: Ahmad)

Baca Juga: 22 Keutamaan dan Fadilah Bacaan Ayat Kursi

Hadis ini menunjukan bahwa yang dimaksud ‘Asyura itu adalah sepuluh Muharam, bukan sembilan Muharam. Akan tetapi, Nabi meminta pelaksanaan puasanya menjadi tiga hari, yaitu dari tanggal sembilan sampai sebelas.

Dalam riwayat lain disebutkan, Nabi berencana puasa tanggal 9 sembilan Muharam, namun beliau sudah wafat sebelum menunaikan niat itu.

Berdasarkan penjelasan ini dapat dipahami bahwa ulama menyepakati kesunahan puasa ‘Asyura.

Bahkan dianggap sebagai puasa yang paling utama setelah Ramadhan. Akan tetapi, lebih disunnahkan lagi mengerjakannya mulai dari tanggal sembilan hingga sebelas.
Kalaupun tidak mampu melaksanakan tiga hari, diperbolehkan pula puasa khusus pada tanggal sepuluh Muharam tersebut.

Baca Juga: 8 Fadilah dan Keutamaan Surat Al Mulk, Memperoleh Syafaat Hingga Menyamai Lailatul Qodar

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh al-Bukhari, dari Abdullah bin ‘Abbas ra., disebutkan Nabi Saw. begitu semangat melaksanakan puasa di hari tersebut.

ما رَأَيْتُ النبيَّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَومٍ فَضَّلَهُ علَى غيرِهِ إلَّا هذا اليَومَ، يَومَ عَاشُورَاءَ

Saya tidak melihat Nabi Muhammad Saw. begitu bersemangat berpuasa di hari yang ia utamakan dibandingkan hari lain, kecuali hari ‘Asyura ini.

Sewaktu belum disyariatkannya puasa Ramadan, Nabi Saw. sudah biasa menjalankan puasa Asyura tersebut. Dan ketika ia sampai di Madinah, beliau menemukan kalau orang Yahudi juga berpuasa di hari Asyura karena mereka mengenal selamatnya Bani Israil.

Baca Juga: 5 Doa Selamat Dari Musibah Perjalanan

Ini seperti disebutkan dalam hadis riwayat al-Bukhari dari Abdullah bin ‘Abbas ra.,

قَدِمَ النبيُّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ المَدِينَةَ فَرَأَى اليَهُودَ تَصُومُ يَومَ عَاشُورَاءَ، فَقالَ: ما هذا؟، قالوا: هذا يَوْمٌ صَالِحٌ هذا يَوْمٌ نَجَّى اللَّهُ بَنِي إسْرَائِيلَ مِن عَدُوِّهِمْ، فَصَامَهُ مُوسَى، قالَ: فأنَا أحَقُّ بمُوسَى مِنكُمْ، فَصَامَهُ، وأَمَرَ بصِيَامِهِ

Nabi Saw. ketika tiba di Madinah, ia melihat orang-orang Yahudi berpuasa di hari Asyura. Beliau lalu bertanya: “hari apa itu (yang membuat kalian berpuasa)?” Orang-orang Yahudi menjawab: “Ini hari yang baik.

Halaman:

Editor: Teguh Priyatno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x