Ketua PWI Jateng: Insan Pers Harus Bisa Mengedepankan Etika Jurnalisme Ketimbang Viralitas

8 Desember 2021, 07:30 WIB
Ketua PWI Jawa Tengah Amir Mahmud saat acara Konferensi Kabupaten PWI Purbalingga, Selasa, 7 Desember 2021. /Kurniawan./

Lensa Purbalingga - Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Jawa Tengah (Jateng), Amir Machmud NS mengatakan, pentingnya UU Pers sebagai pelindung masyarakat dari Anarkisme Jurnalistik.

Menurutnya, insan pers harus bisa mengedepankan etika jurnalisme ketimbang mengejar viralitas.

“UU Pers atau UU No 40 tahun 1999 saya mohon jangan dipahami hanya sebagai payung perlindungan bagi profesi kewartawanan dalam menjalankan tugas. Karena yang utama UU ini melindungi seluruh masyarakat dari berbagai kemungkinan terjadinya anarkisme jurnalistik atau kerusakan yang diakibatkan pemberitaan-pemberitaan media,” kata Amir dalam Acara Konferensi Kabupaten PWI Purbalingga, Selasa, 7 Desember 2021.

Baca Juga: Bupati Purbalingga Ingin Dharma Wanita Punya Peran Lebih dalam Pembangunan Daerah

Dalam acara yang diselenggarakan di OR Graha Adiguna ini Amir menambahkan, profesionalisme tidak bisa diukur dari sekadar kemampuan teknis atau skil tapi juga hati nurani.

Tantangan ini juga semakin berat dengan munculnya fenomena "Duopoli" media.

Baca Juga: Hujan Deras, Talud MI Ma'arif Karangjambu Purbalingga Longsor hingga Tembok Keliling Ambruk

Dia menerangkan, pada era sekarang media mainstream akhirnya masuk ke dalam arus pusaran media sosial yang di sana sulit menemukan nilai-nilai keberimbangan.

“Kita tidak perlu malu mengakui itu, karena ada persoalan akut di dalam penyelenggaraan duopoli media ini. Media mainstream lebih banyak disetir dipengaruhi konten-konten media sosial dan ini secara luar biasa terasa betapa hal-hal yang menjadi kode etik jurnalistik dengan tanpa kendali bisa masuk ke ruang-ruang media-media massa mainstream,” katanya.

Baca Juga: Dikabarkan Hilang, Warga Desa Grantung Purbalingga Ditemukan Tewas di Hutan

Sementara itu, Ketua PWI Purbalingga, Joko Santoso menambahkan, terkadang, demi mengejar kecepatan informasi, para jurnalis berlomba dengan para buzzer atau netizen.

Bahkan, menurutnya, netizen lebih cepat memberitakan sesuatu ketimbang jurnalis.

Baca Juga: Arisha Puteri Braling: ' Ada Elp Di Depan Dinkominfo Purbalingga, Apa Arep Plesir Part 2?'

Namun, dia mengamati, celah yang tak bisa diisi oleh para netizen kebanyakan adalah terkait keberimbangan informasi.

“Mereka lebih cepat memberikan informasi walaupun kita tidak tahu itu informasi benar atau tidak. Wartawan harus jadi penjernih jangan mau kalah dengan buzzer. Ini jadi tantangan kita ke depan di mana salah satu syaratnya kita harus berkompeten,” katanya.***

Editor: Kurniawan

Tags

Terkini

Terpopuler