Ternyata, Dulu Pernah Ada Pabrik Gula dan Tembakau Terbesar di Purbalingga

14 Maret 2022, 21:19 WIB
Founder Historia Perwira, Gunanto Eko Saputro dan Laksa Tiar Makmuria saat Diskusi Historia Perwira #1 : Ragam Sejarah di Purbalingga yang dilaksanakan di Kedai Pojok, Minggu 13 Maret 2022. /Teguh Priyatno/

Lensa Purbalingga - Pada masa Kolonialisasi Belanda, “Bumi Perwira” Purbalingga ternyata memiliki peran penting dengan adanya pabrik tembakau, gula dan teh.

Ada dua pabrik gula di Bojong dan Kalimanah serta pabrik tembakau besar di Kandanggampang yang bahkan eksis sampai tahun 1980an.

Semua catatan sejarah itu membuktikan orang-orang yang hidup di 'Bumi Pewira' sudah menorehkan catatan emas sejak dulu kala.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Selasa 15 Maret 2022: Leo Jangan Terlalu Berharap, Sagitarius Diliputi Perasaan Tak Nyaman

“Kita seharusnya bangga dan menggunakannya sebagai api semangat untuk membangun diri juga membangun Purbalingga kini dan masa depan,” kata founder Historia Perwira, Gunanto Eko Saputro saat Diskusi Historia Perwira #1 : Ragam Sejarah di Purbalingga yang dilaksanakan di Kedai Pojok, Minggu 13 Maret 2022.

Selain itu lanjut Gunanto, di Purbalinga juga menjadi lokasi Lapangan Udara Wirasaba yang merupakan pangkalan militer penting di wilayah Jawa Tengah bagian selatan-barat.

Selanjutnya, pada saat Perang Kemerdekaan, rakyat Purbalingga juga bangkit untuk melawan penjajahan.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Karier Besok 15 Maret 2022: Gemini Dihantam Stres, Cancer Banyak Tekanan Kerja

“Ada peristiwa Perang Blater, Perang Pepedan, Perang Lamuk, Sabotase Belanda di Bobotsari dan lainnya. Seorang serdadu Belanda bernama Letnan Hans Gerritsen bahkan secara khusus menulis buku atas pengalaman selama tugas militernya di Purbalingga berjudul 'De Hinderlag Bij Sindoeradja',” ungkap Gunanto.

Gunanto menambahkan, di Purbalinga juga tersimpan situs perbengkelan purba, yakni Situs Tipar yang berada di Desa Ponjen Kecamatan Karanganyar. 

Baca Juga: Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia Cabang Banyumas Peringati Hari Ginjal Sedunia

Situs itu pernah diteliti Prof Harry Truman Simanjuntak ‘Bapak Arkeologi Indonesia’ pada tahun 1983 dan masuk dalam Atlas Pra Sejarah Nasional sejajar dengan situs purbakala lainnya seperti Sangiran dan Trinil.

Ada pula menhir di Desa Dagan Kecamatan Bobotsari, punden berundak di Situs Bandingan, Karangjambu juga temuan fosil geraham Stegodon (gajah purba) di Desa Onje Kecamatan Mrebet,

Kemudian, pada era Hindu-Budha kita juga memiliki Prasasti Batu Tulis Cipaku dan Prasasti Bukateja.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Cinta Besok 15 Maret 2022: Aries Kendalikan Ego! Taurus Komunikasi Berjalan Mulus

“Ini artefak menarik, misal Prasasti Bukateja terbuat dari lempengan emas. Sayangnya saat ini tersimpan di Leiden, Belanda,” ujarnya.

Inskripsi di dalam dua prasasti tersebut menandakan abad ke 5-8 Masehi, Purbalingga terdapat peradaban bercorak Hindu-Budha.

Baca Juga: Personel Lanud JB Soedirman Purbalingga Angkat Senjata Sikat Penyusup, Apa yang Terjadi?

Lalu, kalau bicara era sesudahnya ada Kadipaten Wirasaba yang eksis sejak jaman Majapahit. Wirasaba merupakan induk dari Banyumas Raya kini. 

“Saya berandai jika saat itu tidak terjadi Peristiwa Mrapat yang mengakhiri kejayaan Wirasaba maka, budaya 'panginyongan' sekarang namanya bukan ‘Banyumasan’ tetapi ‘Wirasabaan’,” katanya.

Baca Juga: Beberapa Hari Menghilang, Seorang Pria di Kebumen Ditemukan Tewas Dalam Sumur

Beralih ke era Islam, ada Perdikan Cahyana yang mengirimkan kontribusi dalam pembangunan Kesultanan Demak, imperium Islam pertama di Pulau Jawa. Syech Wali Perkasa.

“Generasi ke 4 Cahyana mendapat Surat Kekancingan dari Raden Patah yang menyatakan wilayah Cahyana bebas pajak,” katanya.

 

 

 

Editor: Teguh Priyatno

Tags

Terkini

Terpopuler