Melihat Dekat Lengger Lanang Banyumas, Mengeruk Nilai Kemanusiaan Masa Lalu

- 26 Mei 2022, 10:30 WIB
Tangkapan layar pentas lengger lanang
Tangkapan layar pentas lengger lanang /YouTube/ dhimas Pudjo

Namun demikian, Tari Lengger Lanang di Banyumas tetap menjadi satu bentuk kebudayaan cross-gender (lintas gender) di Indonesia.

Tarian ini bisa masuk kategori cross-gender karena pelakunya yaitu laki-laki yang berpenampilan seperti perempuan.

Baca Juga: Ridwan Kamil Berikan Kujang ke Paus Fransiskus, Benda Pusaka Khas Jawa Barat yang Sarat Makna

Dahulunya, Tari Lengger Lanang Banyumas memiliki unsur magis-religius. Karena,  pada saat pementasan menjadu wujud syukur masyarakat dalam sebuah upacara setelah panen raya.

Lengger dengan penari pria berdandan wanita berkembang sejajar dengan ronggeng dan ledhek atau tandhak

Iringannya yang pada awalnya menggunakan calung, gamelan dan ringgeng. Namun, selanjutnya hanya dipilih calung. Sekarang kita hanya dapat melihat pertunjukan lengger dengan iringan calung.

Baca Juga: Penurunan Stunting Jadi Fokus Pemkab Purbalingga

Sejalan laju perkembangan zaman. Tari Lengger Lanang Banyumas menjadi kesenian rakyat yang hadir dan naik panggung sejak lama dalam lingkungan masyarakat agraris Banyumas.

 Penari Lengger melebur diri dan menyerahkan diri secara total kepada tradisi leluhur dengan mengorbankan citra dirinya sebagai laki-laki.

Seorang pria penari Lengger harus mau menanggalkan penampilan ototnya dan menggantinya lemah gemulai  berliuk-liuk dengan eloknya untuk keperluan pertunjukan dan daya tarik penonton.

Halaman:

Editor: Teguh Priyatno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah