Pilkada Purbalingga 2020, Gerindra, PAN, PKS Berkoalisi atau Simalakama

- 23 Juli 2020, 21:14 WIB
PEMILU 2019.* /DOK. PR
PEMILU 2019.* /DOK. PR /

Lensa Purbalingga - Konstelasi politik jelang Pilkada Purbalingga 2020, tinggal menyisakan tiga partai yaitu Gerindra, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS).

Kendati tersiar kabar ketiganya akan membentuk poros ketiga, namun hingga saat ini tiga partai pecahan koalisi Pelangi tersebut masih belum menentukan sikap, siapa pasangan calon bupati dan wakil bupati yang akan diusung di Pilkada Purbalingga 2020.

Padahal kalau dilihat dari perolehan kursi, jika tiga partai ini membentuk poros baru, perolehan paling sedikit 20 persen kursi DPRD sudah terpenuhi.

Menanggapi hal tersebut, mantan politisi sekaligus pelaku sejarah Kabupaten Purbalingga Tridaya Kartika mengungkapkan, dalam hal munculnya poros ketiga pada Pilkada Purbalingga 2020, itu tergantung pada Partai Gerindra, mengingat dalam Pileg, Gerindra memperoleh 6 kursi.

Baca Juga: Sejarah Panjang Tembakau Dalam Karya Lima Penulis Muda Purbalingga

Baca Juga: Hindari Krisis Ekonomi, Jokowi Perintahkan Beri Relaksasi dan Restrukturisasi bagi UMKM dan Koperasi

"Kalau Gerindra punya sikap, itu bisa saja terjadi, tapi kalau tidak dan memilih bergabung dengan salah satu dari dua pasangan yang ada, ya selesai. Karena dua partai yang tersisa masing-masing hanya memiliki 4 kursi," katanya saat ditemui di kediamannya baru-baru ini.

Namun demikian, lanjut Tridaya, kita juga harus tahu bahwa demokrasi yang berjalan saat ini adalah Demokrasi Transaksional, finansial calon yang akan maju juga menjadi penentu turunnya rekomendasi.

Tridaya juga mengatakan, sudah bukan rahasia lagi untuk mendapatkan rekomendasi partai pendukung, calon kepala daerah harus bisa merangkul, disini tentunya harus ada mahar yang dipenuhi.

"Di dalam Demokrasi Transaksional itu butuh 4 D, yaitu Deking, Dukung, Duit dan Dukun. Ini yang harus dipenuhi calon yang akan maju," ucapnya.

Dalam hal ini tentunya partai politik juga tidak boleh gegabah dalam menurunkan rekomnya. Elektabilitas calon kepala daerah juga harus diperhitungkan demi kelangsungan perjalanan jangka panjang partai.

Disisi lain, perlu juga diperhatikan yang namanya kursi-kursi di DPRD itu jangan diharap kursi yang sudah valid, artinya belum tentu suara yang dihasilkan akan sama dengan suara sebelumnya.

Baca Juga: Hasil Lengkap Liga Inggris, Liverpool vs Chelsea Tutup Pekan ke 37

Baca Juga: Hasil Liga Inggris, Manchester United Taklukkan West Ham

"Jadi belum tentu dari 9 kursi total dari sekian puluh ribu akan masuk semua," tutur Tridaya.

Sementara itu pengamat politik dari Universitas Jenderal Soedirman Indaru Setyo Nurprojo berpendapat, hingga saat ini peluang terciptanya poros ketiga memang masih ada dan cukup waktu.

Tapi, yang menjadi pertanyaan bagaimana jika poros ketiga tidak muncul di Pilkada Purbalingga 2020. Atau poros ketiga hanya merangkul dua partai antara Gerindra dengan PAN apa Gerindra dengan PKS.

Kendati, kalau di tingkat Naaional, tiga partai ini sering berkoalisi, namun tentunya bisa berbeda kalau di tingkat daerah.

Menurutnya, jika pada Pilkada Purbalingga 2020 ini terjadi di situasi tersebut, yang paling mudah bersikap hanya PAN dan PKS. Sementara Partai Gerindra sedikit simalakama.

Baca Juga: Mensos Usul Naikkan Harga Rokok dalam Webinar Hari Anak Nasional 2020

Baca Juga: Angka Kematian Akibat Covid-19 Lebih Tinggi Dibandingkan Rata-rata Dunia

"Ya di titik ini Gerindra agak buah simalakama juga. Cuman kalau melihat jejak proses juga sangat mungkin kalau Gerindra ke PDIP. Proses yang dilakukan Oji, artinya meraka tidak diajak bicara," katanya.

"Memang menjadi lucu kalau partai menjadi kendaraan tapi tidak diajak bicara, malah yang diajak bicara pusat, sementara yang lokal tidak. Ini yang menurut saya menjadi potensi sangat tidak kondusif," lanjut Indaru.

Indaru menyimpulkan, jika yang terjadi di Pilkada Purbalingga 2020 hanya ada dua pasang, posisi tawar ketiga partai ini tentunya akan sangat lemah. Karena tanpa mereka, Oji dan Tiwi tetep maju dan Pilkada tetap berjalan.

Dijelaskan, dalam menghadapi situasi seperti ini dibutuhkan kearifan masing-masing pengurus DPC, dan pilihannya, mengusung poros ketiga dengan segala dinamikanya, atau gabung ke incumbent.***

Editor: Ipung Sutrisno


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x