Kerjasama ASEAN-China, Dino Patti Djalal: Pertumbuhan Ekonomi Kuarter Kedua di Indonesia Rendah

29 Mei 2020, 17:20 WIB
ILUSTRASI ASEAN./dok. roadnews /Tim Lensa Purbalingga/

Lensa Purbalingga - Perhimpunan Negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) tercatat menjadi rekan dagang terbesar China, melampaui Uni Eropa (EU), di tengah krisis wabah COVID-19 yang sedang berlangsung.

Duta Besar China untuk ASEAN Deng Xijun menyatakan, pandemi COVID-19 tidak menghalangi kedua belah pihak untuk mempererat relasi bisnis, dalam Jakarta Forum, yang digelar secara virtual oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Jumat (29/5).

"Ada 6,1 persen pertumbuhan dalam perdagangan ASEAN-China, termasuk di kuarter pertama tahun ini sebesar 140 miliar dolar AS, menempatkan ASEAN sebagai rekan dagang terbesar China untuk pertama kalinya," kata Deng.

Baca Juga: Buka Batas Wilayah, Indonesia dan Negara ASEAN Lainnya Diminta Selamatkan Nasib Pengungsi Rohingya

Ia menjelaskan, bahwa kerja sama China dengan negara-negara ASEAN dalam kerangka Belt and Road Initiative (BRI) juga terus mengalami kemajuan.

Beberapa kerjasama yang mengalami kemajuan, yakni, proyek jalur kereta China-Laos, kereta cepat Jakarta-Bandung, jalur kereta pesisir timur Malaysia, dan proyek petrokimia Heng Yi di Brunei.

"Sebagai bagian kunci dari kerja sama melawan pandemi, jalinan relasi ekonomi yang lebih kuat antara China dengan ASEAN telah mampu menstabilkan ekonomi serta melindungi sektor industri dan rantai pasok di kawasan," ujar Deng.

Baca Juga: New Normal, Ansory Siregar: Tunggu Waktu yang Tepat

Dikutip lensapurbalingga.com dari antaranews, pendiri FPCI Dino Patti Djalal menyatakan keraguannya atas klaim bahwa kegiatan ekonomi perdagangan ASEAN dengan China akan terus tumbuh dan bertahan pada masa pandemi.

Mantan Wakil Menteri Luar Negeri ini menilai pertumbuhan ekonomi kuarter kedua di Indonesia sendiri sangat rendah.

Baca Juga: Jalani Rapid Test, Lima Karyawan dari Sejumlah Swalayan di Purbalingga Reaktif

"Saya mewaspadai karena itu catatan di kuarter pertama, namun di kuarter kedua akan jauh lebih rendah, seiring pertumbuhan ekonomi kuarter kedua di Indonesia sendiri sangat rendah. Begitu juga dengan Singapura, Malaysia, Filipina, dan lainnya," ujar Dino.

Menurut dia, salah satu persoalan ekonomi yang harus diantisipasi di tengah wabah ini, salah satunya, adalah kehilangan pekerjaan massal yang akan berujung pada pengangguran dan pertambahan angka kemiskinan.

Baca Juga: BNN Kabupaten Purbalingga Bantu 500 Masker Penanganan Covid-19

"Bagaimana ASEAN menangani pandemi di kawasan dengan memperhatikan aspek ekonomi serta bagaimana China dapat menyesuaikan diri dengan situasi ekonomi masa depan negara ASEAN menjadi sangat penting," ujarnya.(*)

Editor: Henoh Prastowo

Sumber: antaranews

Tags

Terkini

Terpopuler