Lensa Purbalingga - Perlu pemahaman lebih dalam, bahwa malam 1 Suro berkembang dari budaya masyarakat Jawa.
Sementara perayaan 1 Muharram berasal dari ajaran agama Islam. Keduanya memiliki perbedaan yang signifikan walapun perayaannya pada hari yang sama
Pemilihan malam 1 Suro sama dengan 1 Muharam awalnya ketika zaman pemerintahan kerajaan Demak.
Baca Juga: Jadwal Acara TV GTV Hari Ini Sabtu 30 Juli 2022, Kisah Viral, IPA dan IPS, Anak Jalanan, Doom
Sekitar 931 H atau 1443 tahun Jawa baru, Sunan Giri II telah membuat penyesuaian antara sistem kalender Hirjiyah dengan sistem kalender Jawa.
Sultan Agung Hanyokrokusumo, Raja Mataram Islam lantas meneruskan Tradisi malam 1 Suro
Kala itu, ia ingin agar rakyatnya bersatu, tidak terbelah untuk melawan Belanda.
Sultan Agung ingin menyatukan kelompok santri dan abangan. Lalu setiap hari Jumat legi dilakukan laporan pemerintahan setempat sambil pengajian, ziarah kubur dan haul ke makam Ngampel dan Giri.
Sepeninggal Sultan Agung, tradisi-tradisi dari keraton setiap malam 1 Suro masih tetap terselenggara
Sementara 1 Muharam ditetapkan sebagai Tahun Baru Islam berasal dari usulan Umar bin Al Khattab pada 638 Masehi.
Sejak Nabi datang ke Madinah, tidak ada tahun yang digunakan dalam penanggalan.
Sehingga urusan pemerintahan seperti surat menyurat saat itu mengalami masalah. Lalu akhirnya dipilihlah peristiwa Hijrah menjadi tahun pertama kalender Islam.
Makna
Sejatinya, makna malam 1 Suro an 1 Muharram memiliki kemiripan yaitu mengajak orang-orang untuk semakin mendekatkan diri kepada sang pencipta.
Sepanjang bulan Suro masyarakat Jawa meyakini untuk terus bersikap eling (ingat) dan waspada.
Eling artinya manusia harus tetap ingat siapa dirinya dan dimana kedudukannya sebagai ciptaan Tuhan.
Baca Juga: Jadwal Acara Kompas TV Hari Ini Sabtu 30 Juli 2022, Aiman, Polisiku, Ngopi, Kompas Malam hingga Rosi
Sedangkan waspada berarti manusia juga harus terjaga dan waspada dari godaan yang menyesatkan.
Sementara peringatan Tahun Baru Islam 1 Muharram maknanya lebih spesifik. Pertama, pengingat peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah.
Kedua, sebagai bentuk perjuangan Nabi Muhammad dan para sahabat dalam menyebarkan agama Islam.
Umat Islam juga diharapkan intropeksi diri atau muhasabah atas kesalahan di tahun sebelumnya. Sehingga tahun depan seorang muslim lebih mawas diri dan bertambah keimanannya.
Cara Merayakan
Dalam masyarakat Jawa, cara merayakan malam 1 Suro masih dipengaruhi oleh tradisi kraton. Misalnya, kirab, tapa bisu, membersihkan pusaka atau keris.
Ada juga orang yang merayakan 1 suro dengan berziarah ke makam sesepuh hingga slametan.
Lalu mengadakan tirakatan, lek-lekan (tidak tidur semalam suntuk), dan tuguran (perenungan diri sambil berdoa).
Sementara cara merayakan 1 Muharram dengan melakukan amalan-amalan baik. Seperti puasa, dzikir, berdoa hingga menghadiri majelis atau pengajian.
Mitos dan Larangan
Malam 1 Suro memiliki mitos dan larangan yang cukup jelas dan banyak. Yaitu, larangan keluar rumah, larangan menggelar pernikahan hingga larangan pindah rumah.
Larangan dan mitos ini muncul setelah kegiatan rutin Jumat legi dari masa Sultan Agung ikut-ikut dikeramatkan.
Akibatnya, dianggap sial kalau ada orang yang memanfaatkan hari tersebut diluar kepentingan mengaji, ziarah, dan haul.
Baca Juga: Purbalingga Inisiasi Potensi Investasi Bralingmascakeb dan Kedu
Penyebab bulan Suro di masyarakat Jawa dianggap sakral dan mistis karena pengaruh budaya kraton.
Kraton sering mengadakan upacara dan ritual penting saat peringatan Malam 1 Suro. Tradisi itu pada akhirnya diwariskan ke masyarakat dan generasi berikutnya.
Sementara dalam Islam, tidak ada larangan secara spesifik selama bulan Muharram. Dalam QS At Taubah ayat 36:
"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan Bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu."
Selama bulan Muharram umat Islam diharamkan untuk melakukan hal buruk maupun kerusakan.
Seperti itulah penjelasan tentang beda malam 1 Suro dan 1 Muharram yang perlu kita pahami.