Fadli Zon Bilang Pernyataan Gubernur Lemhannas Aneh, Ini Konteks yang Disampaikan Agus Widjojo

- 12 Oktober 2021, 14:06 WIB
Kolase, Fadli Zon dan Gubernur Lemhannas Agus Widjojo.
Kolase, Fadli Zon dan Gubernur Lemhannas Agus Widjojo. /Kurniawan./

Lensa Purbalingga - Fadli Zon menganggap aneh pernyataan Gubernur Lemhannas, Agus Widjojo yang mengatakan TNI milik presiden. Karena hal tersebut, Fadli Zon bercuit di Twitternya pada Senin, 11 Oktober 2021.

Cuitan Fadli Zon ini berpangkal dari pernyataan Gubernur Lemhannas pada sebuah video yang diunggah oleh ofisial akun Instagram acara talkshow Mata Najwa, @matanajwa, pada Sabtu, 9 Oktober 2021.

Baca Juga: Dianggap Terlalu Lama Menjabat, Fadli Zon Menyarankan Gubernur Lemhannas Diganti

Mulanya, dalam potongan awal video, presenter acara tersebut, Najwa Shihab bertanya mengenai narasi yang digunakan TNI untuk menggambarkan kedekatannya dengan rakyat.

"Jadi, narasi-narasi yang menggambarkan TNI itu bersatu dengan rakyat (bagaimana?)," tanya Najwa.

Baca Juga: Polisi Tindaklanjuti Aduan Nasabah Merasa Jadi Korban Penipuan Oleh Koperasi Rizky Abadi Cabang Purbalingga

dengan tegas, Gubernur Lemhannas menjawab bahwa itunsudah tidak relevan.

"Sekarang enggak. Rakyat itu punyanya presiden," kata Agus Widjojo.

Secara lengkap, Najwa bertanya mengenai konsep tentara bersatu dengan rakyat.

"Jadi, konsep manunggal dengan rakyat, tentara bersatu dengan rakyat, itu berarti konsep yang keliru, ya?" kata Najwa.

Baca Juga: Fadli Zon Anggap Aneh Pernyataan Gubernur Lemhannas Bilang TNI Milik Presiden Bukan Milik Rakyat

Agus Widjojo menegaskan kembali bagaimana hubungan rakyat dengan tentara.

"Jadi, tentara itu enggak dekat," kata Agus menjawab.

Menurut Agus, mulanya TNI lahir dari bangsa yang berjuang mewujudkan dan mempertahankan kemerdekaan.

"Jadi, awalnya adalah TNI ini lahir dari bangsa yang berjuang. (Awalnya) kita belum punya negara. Jadi, yang berjuang itu adalah rakyat, menyatu itu," kata Agus.

Baca Juga: Kepala Kantor PT Pos: Koperasi Rizky Abadi Sudah Tidak Berkantor di Kantor PT Pos Purbalingga

Dia menambahkan, perjuangan kemerdekaan suatu bangsa adalah perjuangan politik. Lalu, mereka yang bersatu dalam aliran politik membentuk laskar untuk mempertahankan kemerdekaan pada masa revolusi fisik.

"Bahkan, sebetulnya perjuangan merebut kemerdekaan itu adalah perjuangan politik. Sehingga, terbagi-bagi atas laskar-laskar. Jadi, ada laskar Hizbullah, laskar nasionalis, gitu kan," kata Agus melanjutkan.

Baca Juga: Prabowo Subianto akan Kembali Diusung menjadi Capres oleh Gerindra

Laskar-laskar dari berbagai aliran politik ini kemudian dijadikan satu di bawah korps TNI.

"Itu dijadikan satu, dijadikan TNI, jadi TNI sedari sejak awal memang harus berdamai dengan politik. Karena dia harus menyatukan politik," ujar Agus.

Baca Juga: Warganet: Ganjar Pranowo dan Syahrul Yasin Limpo Cocok jadi Capres Cawapres 2024

Jadi, menurut Agus tentara dalam hal ini TNI gaya bersatu dengan rakyat pada saat berperang.

"Nah, waktu perang itu memang menyatu dengan rakyat, waktu perang. Prinsip perang gerilya kan, antara ikan dan air. Tetapi, setelah menjadi demokrasi, setelah merdeka, rakyat itu punyanya presiden," kata Agus menjelaskan.

Baca Juga: Bupati Tiwi: Pertumbuhan Ekonomi Purbalingga 2022 Ditargetkan di Kisaran 4,5-5,5 Persen

Dengan demikian, masih menurut Agus rakyat itu menjadi tanggung jawab pemerintah dan lembaga sipil lainnya.

"Rakyat itu punyanya yang dipilih oleh rakyat memenangkan pilpres, pemilu. Kepala daerah, presiden. Jadi, rakyat itu lebih dekat dengan Bu Khofifah daripada dengan panglima. Mengapa? Panglima TNI tidak pernah dipilih oleh rakyat," kata Agus.***(TM)

Editor: Kurniawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah