Network
Lensa Purbalingga - Ketua Umum DPP Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Indonesia (PA GMNI), Ahmad Basarah mengatakan, Presiden Jokowi benar-benar responsif dalam menyikapi merebaknya ideologi transnasional yang mulai menjangkiti warga Indonesia.
Ahmad Basarah mengatakan, sikap responsif tersebut dapat dilihat dari beberapa kebijakan Jokowi seperti penetapan Hari Santri Nasional, Hari Lahir Pancasila, dan pembentukan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).
"Kebijakan Presiden ini menjadi simbol persenyawaan antara Islam dan kebangsaan sebagaimana kesepakatan awal para pendiri bangsa ketika menerima Pancasila sebagai dasar negara Indonesia,” kata dia saat menyampaikan pidato pembuka Kongres IV PA GMNI bertajuk “Nasionalisme Menjawab Tantangan Zaman”, Bandung, Senin, 6 Desember 2021.
Baca Juga: Wakil Bupati Purbalingga Turut Kerja Bakti Bangun Jaringan Pamsimas di Dukuh Pances Kaligondang
Ketua Umum PA GMNI sekaligus Wakil Ketua MPR RI itu juga mengatakan, kebijakan Jokowi tersebut menjadi penting karena kini Pancasila menghadapi beberapa tantangan.
Beberapa klaim dari ilmuwan luar negeri yang menyatakan bahwa pertarungan ideologi sudah berakhir dan dunia hanya didominasi liberalisme dan kapitalisme, menurut Basarah perlu dikritisi.
"Namun, klaim-klaim kemenangan ideologi seperti itu tanpa disadari justru menjadi antitesis kebangkitan radikalisme dan ekstremisme di sisi lain, termasuk di negara kita,’’ ujar Ahmad Basarah.
Baca Juga: Presiden Jokowi: PA GMNI sebagai Rumah Besar Kaum Nasionalis Mesti Menjaga Nasionalisme
Menurutnya, munculnya kelompok ekstremis sebagai antitesa dari pernyataan para ilmuwan itu berangkat dari tafsir mereka tentang agama yang sempit.
"Mereka menolak dan memusuhi sistem sosial yang multikultural, Pancasila, NKRI, hingga pemerintahan yang menjalankan mandat rakyat yang dipilih secara demokratis,’’ jelas dia.
