Pasalnya, biasanya pasien akan meminta rekomendasi alat medis maupun obat dari dokternya.
"Saya juga berpesan kepada para pelaku kesehatan, untuk tenaga medis. Masih sering saya jumpai, masih sering saya dengar, ketika mau beli alkes itu bertanya dulu kepada dokternya. Saya khawatir kalau dokter ini nanti munculnya, Pak biasanya saya pakai alat ini yang notabenenya bukan produk Indonesia. Maka ini harus kita ubah," kata dia
Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes RI, Rizka Andalucia menuturkan, secara global, penggunaan alat kesehatan produksi dalam negeri di Jawa Tengah masih belum memuaskan, yakni 23,17 persen.
Namun terdapat rumah sakit yang sudah menunjukkan komitmennya untuk menggunakan produksi dalam negeri, sehingga perlu diapresiasi.
Tingginya transaksi alat medis dalam negeri itu, Kemenkes telah melakukan monitoring melalui Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa serta Bahan Medis Habis Pakai (BMHP).
Lucia merinci, selama periode Januari hingga Agustus 2022, tiga rumah sakit yang belanjanya tinggi adalah RSUD Budi Rahayu Kota Magelang.
Rumah sakit ini melakukan transaksi alkes buatan dalam negeri hingga 99 persen. Tertinggi kedua adalah RSJ Kota Surakarta.
Belanja alkesnya sebesar 76,41 persen dan berikutnya adalah RSJ Amino Gondohutomo dengan total belanja alkes dalam negeri sebesar 66,12 persen.