Genap Berusia 70 Tahun, Ini Cerita Prabowo Subianto dengan 4 Presiden Indonesia

17 Oktober 2021, 17:48 WIB
Tangkapan layar, Prabowo Subianto. /YouTube Sekretariat Presiden.

Lensa Purbalingga - Menteri Pertahanan Indonesia, Prabowo Subianto genap berusia 70 tahun pada hari ini, 17 Oktober 2021.

Prabowo Subianto adalah purnawirawan TNI pertama yang berkontestasi di Pilpres sebanyak 3 kali berturut-turut.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Cinta Hari Ini 17 Oktober 2021: Aries Tulus, Capricorn Nikmati Kebahagiaan

Pada 2009 Prabowo Subianto menjadi Calon Wakil Presiden bersama Megawati Soekarnoputri menghadapi SBY-Boediono dan Jusuf Kalla-Wiranto.

Pada Pilpres 2014, Prabowo Subianto maju bersama Hatta Rajasa sebagai Capres dan Cawapres. Pasangan yang mendapatkan nomor urut 1 ini menghadapi pasangan Jokowi-JK. Prabowo Subianto mesti kembali gigit jari karena harus mengakui keunggulan Jokowi-JK.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Karir Hari Ini 17 Oktober 2021: Cancer Jangan Menyerah! Libra Situasi Pekerjaan Menjengkelkan

Pada Pilpres terakhir, tahun 2019 giliran Sandiaga Uno yang dijadikan calon wakil presiden oleh Prabowo Subianto. Pasangan ini kembali menghadapi Jokowi yang waktu itu memilih Ma'ruf Amin sebagai calon wakil presiden.

Dari tiga pemilu di masa reformasi itu, Prabowo Subianto belum sekalipun sukses keluar sebagai jawara.

Meski demikian, Prabowo Subianto tak enggan saat ditunjuk rivalnya dalam 2 kali pilpres, Jokowi untuk menjadi Menteri Pertahanan pada periode 2019-2024.

Baca Juga: Ridwan Kamil Takziyah ke rumah 11 Korban Tenggelam di Ciamis

Di usianya yang sudah 70 tahun, Prabowo Subianto adalah salah seorang saksi sejarah pergolakan politik Indonesia. Sebelum masuk ke dunia politik, Prabowo menjalani kariernya di dunia militer.

Jabatan terakhirnya adalah Pangkostrad masa jabatan 1996-1998. Setelah lepas dari jabatan itu, Prabowo Subianto memilih menjadi pengusaha dan tinggal di luar negeri.

Prabowo Subianto adalah anak dari seorang ekonom terkemuka, Sumitro Djojohadikusumo. Cendekiawan yang memiliki peran besar di awal masa berdirinya negara Indonesia.

Baca Juga: Pemkab dan DPRD Purbalingga Sepakat KUA PPAS TA 2022

Prabowo Subianton juga pernah menjadi menantu dari Presiden kedua Indonesia, Soeharto. Prabowo menikah dengan Siti Hadiati Hariyadi, atau Titiek Soeharto pada 1983.

Prabowo dan Titiek Soeharto mesti berpisah karena Prabowo dianggap gagal menghadang mahasiswa yang berhasil menduduki Gedung DPR/MPR. Keluarga Cendana marah besar kepada Prabowo yang waktu itu menjabat sebagai Pangkostrad.

Baca Juga: Ridwan Kamil Bongkar Rahasia Kesuksesan Jabar Jadi Juara PON XX Papua 2021

Karena kejadian itu, Prabowo dipindahkan ke Bandung sebagai Komandan Sesko ABRI. Prosesnya pun cukup rumit. Waktu itu, Habibie menggantikan Soeharto yang mengundurkan diri.

Habibie yang punya tugas berat menuntun Indonesia ke jalan demokrasi menghadapi situasi pelik ketika harus menata jajaran TNI.

Memang, keputusan memindahtugaskan Prabowo dari Pangkostrad ke Komandan Sesko ABRI bukan semata-mata karena kegagalan Prabowo menghadang mahasiswa yang menduduki Gedung DPR/MPR.

Baca Juga: Pemkab dan DPRD Purbalingga Tandatangani Nota Kesepakatan Bersama KUA PPAS Tahun 2022

Alasannya lebih karena Habibie waktu itu mendapat laporan dari Pangab bahwa pasukan Kostrad bergerak ke Jakarta tanpa ada koordinasi dengan Pangab.

Untuk mengendalikan situasi, Habibie mengambil keputusan tegas dengan mengganti Pangkostrad. Prabowo yang merasa tidak terima meminta waktu bertemu dengan Presiden Habibie.

Meski akhirnya bertemu, keputusan Habibie tidak bisa diganggu gugat. Prabowo menerima jabatan itu dan akhirnya dicopot oleh Panglima ABRI kala itu, Wiranto. Wiranto mencopot Prabowo berdasarkan hasil penyelidikan Dewan Kehormatan Perwira.

Baca Juga: Dinilai Tanggap Tangani Pandemi, Desa Selabaya Purbalingga Juara Posko Covid-19 dam Jogo Tonggo

Sejak saat itu Prabowo memilih karier menjadi pengusaha di luar negeri. Habibie yang laporan pertanggungjawabannya ditolak oleh MPR akhirnya meletakan jabatannya.

Gus Dur menjadi pengganti setelah intrik panjang di MPR. PDIP sebagai pemenang pemilu harus puas ketika ketum mereka, Megawati Soekarnoputri hanya menjadi Wakil Presiden.

Tapi, Gus Dur menjadi Presiden paling pluralis yang dimiliki Indonesia. Hal itu juga pernah disampaikan Prabowo saat mengenang mendiang Gus Dur.

Prabowo yang saat itu berada di Yordania tak bisa dengan mudah kembali ke Indonesia. Padahal, kala itu bapaknya, Sumitro Djojohadikusumo sedang sakit.

Baca Juga: Atlet Jawa Barat Raih Medali Emas di PON Papua Pulang Naik Bus, Ridwan Kamil Klarifikasi

Gus Dur yang kala itu menjabat Presiden berkunjung ke Yordania. Saat di sana, Gus Dur mengundang Prabowo ke Istana Raja Yordania.

Pada saat itulah Prabowo mengutarakan niatnya untuk membesuk sang ayah. Permintaan itu dikabulkan oleh Gus Dur. Bahkan, Gus Dur turut memfasilitasi kepulangan Prabowo ke Indonesia.

Baca Juga: Ridwan Kamil Kasih Pantun Buat Kontingen Jawa Barat yang Sukses jadi Juara Umum PON Papua

Terakhir, Prabowo juga pernah bersinggungan dalam beberapa momen dengan Megawati Soekarnoputri. Megawati adalah Presiden ke-5 Indonesia dan menjadi presiden perempuan pertama Indonesia.

Dia menggantikan Gus Dur karena Gus Dur harus turun dari jabatannya karena dianggap terjerat kasus Bulog Gate dan Brunei Gate. Meskipun kasus ini dalam buku Menjerat Gus Dur tidak memiliki bukti kuat untuk menjatuhkan Gus Dur dari kursi Presiden.

Megawati praktis meneruskan sisa masa jabatan Gus Dur dan harus berkontestasi kembali untuk menjadi Presiden pada pemilu 2004. Meski kalah dari pasangan SBY-JK, Megawati kembali maju dalam pilpres 2009.

Baca Juga: Akan Dibangun Kembali, Ini Redesign Purbalingga Islamic Center

Prabowo dipilih oleh Megawati sebagai calon wakil presiden untuk pilpres 2009. Yang menarik, pada saat menjajaki susunan paslon Capres-cawapres ada perjanjian yang dibuat oleh kedua ketua umum partai ini.

PDIP dan Gerindra membuat kesepakatan yang dikenal sebagai Perjanjian Batu Tulis. Pada poin 7 perjanjian itu, Prabowo Subianto akan dicalonkan sebagai presiden pada pilpres 2014.

Namun, pada kenyataannya, perjanjian itu batal terlaksana setelah PDIP akhirnya memilih Jokowi sebagai capres yang diusung mereka. Jokowi akhirnya menjadi rival Prabowo Subianto dalam dua perhelatan Pilpres terakhir.

Meski dua kali diungguli Jokowi, Prabowo Subianto dengan lapang dada menerima permintaan Jokowi agar dirinya menjadi Menteri Pertahanan di kabinetnya.***

Editor: Kurniawan

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler