Prabowo Subianto Pernah Dianggap Cerdas oleh Soe Hoek Gie, Prabowo itu Cerdas tapi Naif

- 17 Oktober 2021, 18:14 WIB
Kolase, Prabowo Subianto dan Soe Hoek Gie.
Kolase, Prabowo Subianto dan Soe Hoek Gie. /Kurniawan./

Lensa Purbalingga - Prabowo lahir pada 17 Oktober 1951. Ayahnya adalah Sumitro Djojohadikusumo, seorang begawan ekonomi. Sumitro adalah seorang pengkritik rezim Sukarno.

Prabowo Subianto kecil mesti ikut orangtuanya melawat ke berbagai negara karena sang ayah adalah salah seorang musuh utama rezim Sukarno.

Baca Juga: Ganjar Pranowo, dari Politik Kaos Oblong sampai Politik Receh di Ternate

Meski demikian, saat tinggal di Malaysia, Prabowo Subianto pernah diolok-olok oleh teman sebayanya karena dia berasal dari Indonesia.

Prabowo Subianto diolok-olok lantaran Presiden Sukarno sedang gencar melakukan kampanye Ganyang Malaysia.

Prabowo Subianto pernah protes ke ayahnya saking tidak tahan atas olok-olok temannya dari Malaysia.

"Kenapa bawa kita ke negeri ini? Saya tahu papi berseberangan dengan Sukarno. Tapi, saya tidak tahan, semua meledek negara kita. Kalau sampai satu tahun lagi saya di sini, saya akan menjadi pro Sukarno," kata Prabowo Subianto kecil dikutip dari buku biografi ayahnya, Jejak Perlawanan Begawan Pejuang.

Baca Juga: Genap Berusia 70 Tahun, Ini Cerita Prabowo Subianto dengan 4 Presiden Indonesia

Saat Sukarno digantikan oleh Soeharto, Sumitro dan keluarganya baru bisa leluasa masuk ke Indonesia.

Sumitro adalah pimpinan GPI (Gerakan Pembaharuan Indonesia), sebuah organisasi bawah tanah zaman Sukarno yang dibentuk oleh pentolan PSI.

Baca Juga: Ridwan Kamil Takziyah ke rumah 11 Korban Tenggelam di Ciamis

Soe Hoek Gie adalah bagian dari kelompok ini yang turut serta menyusun demonstrasi menjatuhkan Sukarno. Atas kedekatan ini, Sumitro memperkenalkan Soe Hoek Gie kepada anak lelakinya, Prabowo.

Prabowo pun sempat akrab dengan Soe Hoek Gie dan sering mengobrol hingga tengah malam.

Baca Juga: Pemkab dan DPRD Purbalingga Sepakat KUA PPAS TA 2022

Prabowo juga pernah berinisiatif membentuk sukarelawan pembangunan yang beranggotakan cendekiawan GPI.

“Prabowo menarik beberapa aktivis muda dari kalangan GPI untuk membantunya dalam rencana ini (termasuk Soe Hok Gie)” ujar Maxwell dalam bukunya, Soe Hoek Gie: Pergulatan Intelektual Muda Melawan Tirani.

Baca Juga: Pemkab dan DPRD Purbalingga Tandatangani Nota Kesepakatan Bersama KUA PPAS Tahun 2022

Meski dibilang akrab, ada perbedaan pandangan antara Soe Hoek Gie dan Prabowo Subianto.

Dalam catatan hariannya yang kemudian dibukukan dengan judul Catatan Seorang Demonstran, Soe Hoek Gie mengkritik Prabowo sebagai seorang yang cerdas tapi naif.

"Bagi saya Prabowo adalah seorang pemuda (atau kanak-kanak) yang kehilangan horison romatiknya. Ia cepat menangkap persoalan-persoalan dengan cerdas tapi naif. Mungkin kalau ia berdiam 2-3 tahun dan hidup dalam dunia yang nyata, ia akan berubah," kata Soe Hoek Gie dalam buku hariannya.

Baca Juga: Dinilai Tanggap Tangani Pandemi, Desa Selabaya Purbalingga Juara Posko Covid-19 dam Jogo Tonggo

Meski punya pandangan yang berbeda, mereka tetap bersahabat baik. Bahkan, saat Soe Hoek Gie diketahui meninggal di puncak Semeru pada Desember 1969, sepatu gunung yang dikenakan Soe Hoek Gie adalah sepatu yang dipinjamnya dari Prabowo.***

Editor: Kurniawan

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x