Lensa Purbalingga - Bulan Safar bagi Masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan mempunyai makna tersendiri terkait adat budaya dan tradisi.
Ada banyak hal menarik anggapan dan kepercayaan masyarakat Banjar terhadap bulan Safar, di antara yang terpenting dari pemahaman bulan Safar tersebut berkaitan dengan hari Rabu, terutama Rabu terakhir, yang biasa disebut dengan Arba Musta’mir dan dalam bahasa Jawa disebut Rabu Wekasan.
Bagi masyarakat Banjar mengenai bulan Safar mempunyai pemahaman tersendiri. Bulan Safar dianggap sebagai bulan “sial, bulan panas, bulan diturunkannya bala, dan bulan yang harus diwaspadai keberadaannya”.
Karena pada bulan ini, segala penyakit, racun, dan hal-hal yang berbau magis memiliki kekuatan yang lebih dibanding pada bulan lainnya.
Bulan Safar adalah bulan kedua sesudah bulan Muharam dalam kalender Islam atau Hijriyah. Menurut bahasa Safar berarti kosong, ada pula yang mengartikannya kuning.
Sebab dinamakan Safar, karena menurut kebiasaan orang-orang Arab zaman dulu meninggalkan tempat kediaman atau rumah mereka (sehingga kosong) untuk berperang ataupun bepergian jauh.
Ada pula yang menyatakan bahwa nama Safar diambil dari nama suatu jenis penyakit sebagaimana yang diyakini oleh orang-orang Arab jahiliyah pada masa dulu, yakni penyakit safar yang bersarang di dalam perut, akibat dari adanya sejenis ulat besar yang sangat berbahaya.
Baca Juga: Sinopsis Sinetron Love Story Hari Ini Selasa 7 September 2021, Lagu Kenangan Ken Untuk Maudy
Itulah sebabnya mereka menganggap bulan Safar sebagai bulan yang penuh dengan kejelekan.