Tradisi Bulan Safar Dalam Masyarakat Banjar, Arba Mustamir

- 7 September 2021, 12:55 WIB
Ilustrasi: Tradisi Bulan Safar dalam masyarakat Banjar  Arba Mustamir di Kalimantan Selatan
Ilustrasi: Tradisi Bulan Safar dalam masyarakat Banjar Arba Mustamir di Kalimantan Selatan /

Lensa Purbalingga - Bulan Safar bagi Masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan mempunyai makna tersendiri terkait adat budaya dan tradisi.

Ada banyak hal menarik anggapan dan kepercayaan masyarakat Banjar terhadap bulan Safar, di antara yang terpenting dari pemahaman bulan Safar tersebut berkaitan dengan hari Rabu, terutama Rabu terakhir, yang biasa disebut dengan Arba Musta’mir dan dalam bahasa Jawa disebut Rabu Wekasan.

Bagi masyarakat Banjar mengenai bulan Safar mempunyai pemahaman tersendiri. Bulan Safar dianggap sebagai bulan “sial, bulan panas, bulan diturunkannya bala, dan bulan yang harus diwaspadai keberadaannya”.

Karena pada bulan ini, segala penyakit, racun, dan hal-hal yang berbau magis memiliki kekuatan yang lebih dibanding pada bulan lainnya.

Baca Juga: 10 Rahasia Keutamaan Hari Jumat Yang Wajib Kamu Tahu, Dari Mandi Hingga Doa Yang Dikabulkan Penuh Pahala

Bulan Safar adalah bulan kedua sesudah bulan Muharam dalam kalender Islam atau Hijriyah. Menurut bahasa Safar berarti kosong, ada pula yang mengartikannya kuning.

Sebab dinamakan Safar, karena menurut kebiasaan orang-orang Arab zaman dulu meninggalkan tempat kediaman atau rumah mereka (sehingga kosong) untuk berperang ataupun bepergian jauh.

Ada pula yang menyatakan bahwa nama Safar diambil dari nama suatu jenis penyakit sebagaimana yang diyakini oleh orang-orang Arab jahiliyah pada masa dulu, yakni penyakit safar yang bersarang di dalam perut, akibat dari adanya sejenis ulat besar yang sangat berbahaya.

Baca Juga: Sinopsis Sinetron Love Story Hari Ini Selasa 7 September 2021, Lagu Kenangan Ken Untuk Maudy

Itulah sebabnya mereka menganggap bulan Safar sebagai bulan yang penuh dengan kejelekan.

Dalam anggapan masyarakat Banjar kesialan bulan Safar akan semakin meningkat jika ketemu dengan Rabu terakhir di bulan yang sama.

Sebab, berdasarkan sebuah referensi klasik disebutkan bahwa Allah telah menurunkan 3333 jenis penyakit pada hari Rabu bulan Safar, sehingga jika keduanya bertemu maka tingkat dan efek negative (kesialan) yang menyebar pada waktu itu semakin tinggi pula.

Baca Juga: PPKM Luar Jawa-Bali Diperpanjang Lagi, Ini ketentuan Untuk Kabupaten Kotawaringin Barat

Itulah sebabnya tingkat kewaspadaan terhadap hari Rabu bulan Safar juga lebih ekstra.

Karenanya menjadi semacam kebiasaan bagi orang Banjar untuk melakukan hal-hal tertentu untuk menghindari kesialan pada hari itu, misalnya:

Baca Juga: PPKM Diperpanjang Lagi, Ini Wilayah Dan Ketentuannya Untuk Provinsi Kalimantan Tengah

  1. Shalat sunnat mutlak disertai dengan pembacaan doa tolak bala.
  2. Selamatan kampung, biasanya disertai dengan menulis wafak di atas piring kemudian dibilas dengan air, seterusnya dicampurkan dengan air di dalam drum supaya bisa dibagi-bagikan kepada orang banyak untuk diminum.
  3. Mandi Safar untuk membuang sial, penyakit, dan hal-hal yang tidak baik. Menurut informasi, kebiasaan mandi Safar ini dilakukan oleh mereka yang berdiam di daerah pinggiran sungai atau batang banyu.
  4. Tidak melakukan atau bepergian jauh.
  5. Tidak melakukan hal-hal yang menjadi pantangan atau pamali, dan sebagainya.

Bagi orang Jawa, untuk menyambut Arba Wekasan biasanya dilakukan dengan membuat kue apem dari beras, kue tersebut kemudian dibagi-bagikan dengan tetangga.

Hal Ini dimaksudkan sebagai sedekah dan tentu saja untuk menolak bala. Karena ada hadits Nabi Saw yang menyatakan bahwa “sedekah dapat menolak bala”.

Baca Juga: Sinopsis Sinetron Naluri Hati Hari Ini Selasa 7 September 2021, Dinda Mengingat Masa Lalunya

Hal lain yang juga menarik untuk diamati adalah, adanya anggapan orang Banjar bahwa anak-anak yang dilahirkan pada hari Rabu bulan Safar.

Jika sudah agak besar akan menjadi anak yang nakal dan hyperactive, sehingga untuk mencegah anak tersebut agar tidak nakal, disyaratkan agar sesudah ia lahir ditimbang (batimbang).

Seberapa berat badan anak tersebut nantinya diganti (sebagai tebusan) dengan bahan makanan untuk disedekahkan ataupun dibacakan doa selamat.

Baca Juga: Sinopsis Sinetron Ikatan Cinta Hari Ini Selasa 7 September 2021, Elsa Ingin Bertemu Nino

Boleh jadi, bermula dari sinilah kemudian muncul berbagai anggapan berkenaan dengan bulan Safar, yang intinya sama. Bulan Safar sebagai “bulan nahas, bulan sial, bulan panas, bulan diturunkannya bala dan penyakit, dan bulan yang harus diwaspadai keberadaannya”.

Karena pada bulan ini, segala penyakit, racun, dan hal-hal yang berbau magis memiliki kekuatan yang lebih besar dan lebih kuat dibanding pada bulan lainnya.

Terlebih-lebih lagi tatkala memasuki hari Rabu terakhir di bulan Safar, yang dinamakan dengan Arba Musta’mir atau dalam bahasa Jawa disebut Arba Wekasan.***(Wahyudi)

Editor: Teguh Priyatno

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah