Network
Lensa Purbalingga - Sore masih belum selesai berpamitan ketika seorang lelaki gondrong sibuk menata tenda biru di muka sebuah rumah makan di Desa Selabaya, Kecamatan Kalimanah, Purbalingga.
Jalan di belakang Pasar Segamas, Purbalingga, sesekali riuh oleh bunyi laju bus antar kota yang melewati Angkringan Illogondang.
Epin, begitu dia karib disapa, sedang menata gerobak angkringannya, Angkringan Illogondang saat sepuhan oranye dari sore perlahan habis dilahap petang.
"Biasanya menjelang Maghrib semuanya sudah siap," kata Epin saat menata nasi kucing di sisi meja angkringan, Kamis, 7 Juli 2022.
Baca Juga: Dinrumkim Purbalingga Renovasi 300 Rumah dengan Konsep Aladin
Waktu itu jam belum genap menunjukkan pukul 17.30 WIB ketika seorang lelaki tambun membawa beberapa tumpukan loyang berisi aneka sate dan gorengan.
Indra yang cekatan meski berat tubuhnya hampir 3 kali tubuh Epin membantu rekannya menyiapkan dagangannya.
Baca Juga: BMKG Minta Masyarakat Aceh Waspada Potensi Gelombang Laut Tinggi hingga 5 Meter
Setelah semua siap, giliran Epin pergi ke sisi gerobak di mana tungku pembakaran sudah minta dipanasi.
Tangannya yang lincah berbagi tugas, satu tangan mengipasi bara, sementara tangan yang lain menata arang agar membara.
"Bakar, ya, pas," kata seorang pelanggan sambil menyodorkan piring bambu berisi beberapa tusuk telur gulung dan 2 lembar mendoan.
"Bumbu bakar di sini bikin nagih, mas," lanjut Arby, pelanggan setia saat ditanyai tim lensapurbalingga.com.
Baca Juga: Cegah Penyebaran PMK di Purbalingga, Polisi Semprot Disinfektan di Pasar Hewan dan Kandang Ternak
Memang Arby tak asal sebut, bumbu bakar di Angkringan Illogondang ini memang lain daripada yang lain.
Jika biasanya bumbu bakar di banyak angkringan sekadar menggunakan sambal kecap sebagai penggugah selera makan, Epin punya resep rahasia.
"Saya ambil resep bakar ini dari bapak saya," kata Epin yang bapaknya juga seorang juru masak sekaligus pemilik sebuah rumah makan.
Baca Juga: Purnakaryawan di Purbalingga Tetap Berkarya melalui IPPK
Ketika tim lensapurbalingga.com mencicipi menu "bakaran" di Angkringan Illogondang, memang kami mendapatkan sensasi makan yang berbeda.
Selain ada rasa pedas manis, hangatnya perpaduan bawang merah dan bawang putih terasa pas dan semakin menggugah selera makan.
Kami juga mendapatkan rasa gurih yang mirip dengan bumbu barbeque.
"Jangan keras-keras, mas, nanti ketahuan," kata Epin sambil bergurau saat ditanya mengenai bumbu bakar.
Baca Juga: Galakkan Gerakan Kelola Sampah, Dinrumkim Purbalingga dan DLH Purbalingga Bangun TPS 3R
Selain punya bumbu rahasia, di Angkringan Illogondang juga menyediakan menu yang tak biasa.
Ada menu daging Tupai atau orang Jawa sering menyebutnya bajing.
Daging Bajing di Angkringan Illogondang adalah jenis bajing Gendu yang memiliki ukuran lebih besar dari bajing biasanya.
Daging bajing oleh Epin biasanya dimasak bacem, sama dengan menu kepala dan cakar ayam serta sate jeroan.
"Bapaknya Epin suka berburu bajing, jadi kami dapat dari situ," kata Indra.
Baca Juga: Dinrumkim Purbalingga Bangun SPALD S di 4 Desa
Daging Bajing sendiri teksturnya mirip dengan daging burung Dara.
Selain nikmat, daging bajing konon bisa menjadi obat penyakit kulit.
Meski jarang ditemui, daging bajing di Angkringan Illogondang tetap memiliki pelanggannya sendiri.
Baca Juga: Alun-Alun Purbalingga Bakal Digunakan Salat Idul Adha Dua Kali Sabtu dan Minggu
Ukurannya yang lebih besar dan dagingnya lebih banyak membuat daging hewan pengerat ini tetap bertemu dengan penikmatnya.
Selain itu, harganya yang tidak jauh berbeda dengan menu kepala ayam membuat daging Bajing cocok untuk lauk nasi kerang atau nasi sambal lele andalan Angkringan Illogondang.***
