Gunanto mencontohkan pertempuran terjadi di Blater, siswa-siswi yang tergabung dalam Pasukan Pelajar IMAM (Indonesia Merdeka Atau Mati) mengamuk di Lamuk, Bobotsari menjadi lautan api.
Padamara membara menentang Belanda, pejuang dengan heroik menyergap barisan musuh di Sinduraja. Kemudian, masyarakat Gunung Wuled harus menerima hujan kanon karena dijadikan markas pejuang.
“Bahkan, sepasukan dari pasundan yaitu para prajurit Siliwangi pun rela harus berkalang tanah di Pepedan untuk bebasnya ibu pertiwi,” ujar Gunanto yang juga penulis buku Jejak Perjuangan Kemerdekaan di Bumi Perwira.
Baca Juga: DPRD Purbalingga Terima Audiensi Popti, Dukung Usulan Skrining Thalasemia
Purbalingga juga melahirkan banyak pahlawan seperti Jenderal Soedirman, Mayjend Soengkono, Kapten Sarengat, Lettu Kuseri, Camat Pujowiyoto, Lurah Arsawikrama dan lainnya.
“Ada kesatuan yang terdiri dari bekas narapidana bernama Barisan Bengseng Soeci juga ada di Purbalingga. Ini menunjukan perjuangan mempertahankan kemerdekaan dilaksanakan oleh seluruh lapisan masyarakat,” imbuhnya.
Gunanto menyebutkan salah satu kisah yang membuat seorang serdadu belanda bernama Hans Gerritsen sangat terkesan sehingga fragmen peristiwa di Purbalingga dijadikan judul buku memoarnya.
“Judul bukunya De Hinderlag bij Sindoeradja alias Penyergapan di Sinduraja,” katanya.
Baca Juga: Ancam Aksi Lebih Besar, Warga Desa Brecek Purbalingga Kecewa Pihak Desa Tidak Beri Solusi