Resolusi Jihad Umat Islam, Pengaruhnya Menyulut Semangat Bela Negara

22 September 2021, 07:52 WIB
Resolusi Jihad Umat Islam, Pengaruhnya Menyulut Semangat Bela Negara /Balai Edukasi

Lensa Purbalingga- Resolusi Jihad umat Islam adalah pokok-pokok kaidah tentang kewajiban umat Islam dalam jihad mempertahankan tanah air dan bangsanya.

Resolusi Jihad umat Islam disampaikan pada tanggal 22 Oktober 1945 oleh Rois Akbar Nahdlatul Ulama KH Hasyim Asy’ari kala itu.

Resolusi Jihad umat Islam ternyata mempengaruhui tokoh-tokoh pejuang Kemerdekaan hingga menyulut semangat bela Negara.

Bagaimana dan seperti apa Resolusi Jihad umat islam ini bisa mempengaruhui tokoh-tokoh pejuang Kemerdekaan hingga menyulut semangat bela Negara.

Baca Juga: Resolusi Jihad Umat Islam, Tonggak Awal Hari Santri dan Awal Proses Pertempuran 10 November 1945

Dalam rangka rangkaian hari santri nasional 2021 berikut ini Lensa Purbalingga kupas sejarah Resolusi jihad umat Islam yang  menjadi tonggak awal Hari Santri dan mempengaruhui tokoh-tokoh pejuang Kemerdekaan hingga menyulut semangat bela Negara.

Sejarah Resolusi jihad ini ditulis oleh K Ng H Agus Sunyoto, sejarawan, Ketua Lesbumi PBNU ini akan disajikan secara bersambung.

Baca Juga: Resolusi Jihad Umat Islam, Wartawan Pimpin Pertempuran 10 November 1945

Pidato Bung Tomo dan jalan buntu perundingan sekutu dengan TKRL masih ditambah dengan pidato Drg Moestopo pada malam hari jam 20.00, yang menyatakan diri sebagai Menhan RI yang tegas-tegas menolak Sekutu untuk mendaratkan pasukan dan bahkan menyebut Sekutu sebagai NICA.

Sekutu yang dari laporan intelijennya mengetahui bahwa Drg Moestopo adalah seorang dokter gigi yang aktif sebagai perwira PETA.

Akhirnya Sekutu membalas pidato Drg Moestopo lewat pemancar radio dari kapal yang isinya,”We don’t take any order from anybody, we don’t have the command of a dental surgeon!”

Baca Juga: BANSER Kotawaringin Barat Geruduk Pesantren Miftahul Hidayah Sungai Rangit

Jawaban Inggris yang bernada humor itu, menunjuk bahwa pihak Inggris tidak sedikit pun memiliki bayangan bahwa mereka akan menghadapi pertempuran di Surabaya.

Bahkan pidato Bung Tomo, ketegasan TKRL menolak permintaan Sekutu untuk mendaratkan pasukan, tindakan Drg Moestopo yang juga melarang Sekutu mendaratkan pasukan, dianggap aneh oleh hampir seluruh pemimpin di Jakarta.

Hal tersebut disebab tindakan itu dinilai tidak sesuai dengan kebijakan pemerintah pusat di Jakarta dan potensial menyulut konflik berdarah baru.

Baca Juga: 10 Rahasia Keutamaan Hari Jumat Yang Wajib Kamu Tahu, Dari Mandi Hingga Doa Yang Dikabulkan Penuh Pahala

Itu sebabnya pemerintah mengirim Mr Soedarpo, Mr. Kasman Singodimedjo dan Mr. Sartono untuk memberitahu Drg Moestopo agar bersedia membiarkan Sekutu menjalankan tugasnya.

Namun Drg Moestopo tidak sedikit pun mengikuti petunjuk dari para pejabat tinggi Negara itu. Sikap tegas Drg Moestopo baru melunak setelah pagi hari tanggal 25 Oktober 1945 ia ditelpon langsung oleh Presiden Soekarno dan diperintah agar tidak menembak Sekutu.

Presiden Soekarno mengingatkan bahwa sebagai perwira mantan didikan PETA, Drg Moestopo harus patuh kepada presidennya.

Baca Juga: Suwuk Anti Peluru Hingga Kerikil Granat, Ini Rahasia Kesaktian KH. Nawawi Mojokerto Dalam Perang Kemerdekaan

Tanggal 25 Oktober 1945 itulah HMS Wavenley bersandar di dermaga Modderlust dan mengirim Captain Mac Donald dan Pembantu Letnan Gordon Smith untuk menemui Gubernur.

Dengan siasat mengundang jamuan minum teh sambil berunding, Sekutu memanfaatkan kunjungan gubernur untuk melihat tawanan di Kalisosok dengan mendaratkan pasukan secara besar-besaran.

Tindakan ini mengudang reaksi keras penduduk. Lalu diadakan perundingan antara Drg Moestopo dengan Kolonel Pugh.

Baca Juga: Fadilah Dan Keutamaan Surat Al Fatihah Yang Jarang Diketahui Orang

Hasilnya, pasukan Sekutu berhenti pada garis batas 800 meter dari pantai ke arah kota. Sekali pun pasukan sekutu berada di garis batas 800 meter dari pantai ke arah kota.

Namun pasukan yang diturunkan dari kapal jumlahnya sekitar 2800 personil dari Brigade ke-349 Mahratta yang dilengkapi dengan persenjataan perang modern.

Tindakan para pemimpin dan rakyat Jawa Timur untuk tegas menolak pendaratan pasukan Sekutu yang menjalankan tugas mengurusi interniran dan tawanan perang Jepang yang terlihat dari pidato Bung Tomo, Pidato Drg Moestopo dan sikap TKRL yang mengejutkan para pemimpin di Jakarta dalam kaitan dengan Resolusi Jihad yang dikumandangkan PBNU.

Baca Juga: DPW PAN Kalimantan Tengah Silaturahmi Ke Pengurus Cabang NU (PC NU) Kotawaringin Barat

Hal-hal tersebut tidak banyak diungkap dalam kajian sejarah modern di sekolah.

Namun dengan memahami situasi dan kondisi waktu itu berdasar kesaksian para pelaku sejarah – yang saat ini sudah banyak yang meninggal dunia – tidak bisa ditafsirkan lain kecuali akibat momentum sejarah yang terjadi saat itu yang mempengaruhi cara pandang dan keberhasilan pengobaran semangat rakyat dan pemimpin-pemimpin Jawa Timur oleh usaha sistematis untuk memicu pecahnya konflik besar.

Dan momentum sejarah itu, tidak lain dan tidak bukan adalah dimaklumkannya Resolusi Jihad oleh PBNU tanggal 22 Oktober 1945.***

Editor: Teguh Priyatno

Sumber: NU

Tags

Terkini

Terpopuler