Bandung Art Month 2020 Tampilkan Pameran Virtual oleh Empat Pendidik Seni Rupa Perempuan

28 Agustus 2020, 13:40 WIB
Ilustrasi seni rupa./assets.pikiran-rakyat.com /

Lensa purbalingga - Dalam rangka merayakan kiprahnya yang ketujuh dan meramaikan event "Bandung Art Month 2020", pada 22 Agustus sampai 22 September 2020, Komunitas 22 ibu menyelenggarakan parade pameran virtual, baik solo (tunggal) maupun grup 2 sampai 4 orang.

Pameran akan dikemas dalam bentuk video berdurasi 3-4 menit yang akan disebarluaskan melalui YouTube.

Salah satu grup dalam pameran tersebut terdiri dari 4 perempuan, mereka adalah Farida Ayu, Gilang Cempaka, Nita Dewi dan Mia Syarif.

Baca Juga: Update 27 Agustus 2020: Kasus Positif di Indonesia Bertambah 2.719, Total Ada 162.884 Kasus

Baca Juga: Sertijab Camat Gandrungmangu, Ini Pesan Bupati Cilacap

Baca Juga: Pemuda di Cilacap Ubah Peringatan Sura Jadi Pembagian Sembako dan Tali Asih ke Sejumlah Warga

Mereka berempat mendapatkan pameran dengan tema "Woman's Soul and Heart on Her Arts".

Masing-masing dari mereka menampilkan 4 buah karya yang mengangkat objek perempuan dengan gaya dan corak yang berbeda melalui media kanvas dan batik.

Tema "Woman's Soul and Heart on Her Arts" diangkat dengan alasan keempat perempuan tersebut beranggapan bahwa terdapat hati dan jiwa yang mereka tinggalkan dalam tiap karyanya.

Baca Juga: Viral, Siswi Tanya Kelas Pakai Singkatan, Guru: Hari Libur Kok Ngajak Kelon

Farida Ayu adalah seniman otodidak yang memiliki gaya lukisan realistik dan surealistik dengan kecenderungan warna kontras dan stroke kuas halus.

Ada 5 lukisan yang dipamerkan bertemakan aktivitas perempuan dalam menari, bermusik, juga dunia imajinatif.

Salah satu lukisannya berjudul "kolaborasi" berfokus pada perempuan yang sedang bermain Cello, dengan background pengiringnya.

Baca Juga: Bupati Purbalingga Realisasikan Bantuan Hibah Pembangunan Mushola Sunan Kalijaga

Warna panas seperti merah, oranye, pink dan kuning mendominasi lukisan ini sehingga memberikan kesan feminim sekaligus dinamis.

Sementara itu, Gilang Cempaka merupakan dosen Desain Komunikasi Virtual (DKV) di Universitas Paramadana Jakarta.

Lukisannya berjudul "Wherever I May Go" yang digarap dengan cat akrilik di atas kanvas, menceritakan seorang perempuan mengendarai mobil yang didampingi oleh seorang laki-laki di sebelahnya menyiratkan kesan kebersamaan pasangan kekasih.

Baca Juga: Vaksin Covid-19 Gratis Hanya Diperuntukkan bagi Pengguna BPJS Kesehatan

Adapun Nita Dewi, adalah pengajar di SMPN 9 Bandung. Lukisannya yang berjudul "Shadow" diciptakan tahun 2016 dengan material mix media di atas kanvas, menceritakan suatu hubungan misterius antara sosok perempuan dan siluet laki-laki di belakangnya.

Terakhir adalah Mia Syarif, merupakan salah satu pengajar di Universitas Nusantara, SMAN 24 dan SMA Karya Pembangunan 2, kesemuanya di Bandung.

Lukisannya berjudul "Sorrow" menggambarkan seorang perempuan cantik berpakaian minim sedang berbaring, ia berwajah sendu walaupun berada diantara sulur dan taman bunga.

Baca Juga: Kemenag: Bantuan untuk Pesantren di Masa Pandemi Cair Akhir Agustus

Setiap perupa memiliki karakteristik tersendiri dalam mewujudkan emosi dan ekspresinya dalam lukisan, namun yang menjadi garis besar di sini ialah lebih banyak menunjukkan objek dan emosi perempuan.

Parade pameran vitual Komunitas 22 ibu merupakan salah satu bukti bahwa kondisi pandemi seperti ini bukanlah penghalang bagi perempuan untuk tetap produkti dan berkarya sesuai dengan bidangnya.***

(Antara/Kiki Kurnia)

Editor: Majid Ngatourrohman

Sumber: Permenpan RB

Tags

Terkini

Terpopuler