Suwuk Anti Peluru Hingga Kerikil Granat, Ini Rahasia Kesaktian KH. Nawawi Mojokerto Dalam Perang Kemerdekaan

- 13 Agustus 2021, 22:47 WIB
Suwuk Anti Peluru Hingga Kerikil Granat, Ini Rahasia Kesaktian KH. Nawawi Mojokerto Dalam Perang Kemerdekaan
Suwuk Anti Peluru Hingga Kerikil Granat, Ini Rahasia Kesaktian KH. Nawawi Mojokerto Dalam Perang Kemerdekaan /Tangkapan Layar/Santrinet

Belasan tahun menempa ilmu dari Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari, Nawawi muda lantas mengasah ilmu ke sejumlah kiai termasyhur di Jawa Timur.

Diantaranya Kiai Sholeh di Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Kiai Zainuddin di Kabupaten Nganjuk, Kiai Khosin di Siwalan Panji, Kabupaten Sidoarjo, bahkan Kiai Kholil di Kademangan, Kabupaten Bangkalan.

"Beliau mondok sekitar 15 tahun. Selama menjadi santri, Kiai Nawawi dikenal paling rajin mengikuti pelajaran," tulis pemerhati sejarah Mojokerto, Abdullah Masrur dalam bukunya, 'Titik Akhir di Sumantoro-Jejak Langkah Perjuangan KH Nawawi', terbitan Maret 2012.

Pada tahun 1928, Kiai Nawawi dan teman-temannya mendirikan cabang Jam'iyah Nahdlatul Ulama (NU) Mojokerto. Hanya berselang dua tahun pasca NU resmi didirikan Hadratussyekh KH Hasyim Asy'ari, pada 31 Januari 1926.

Baca Juga: Jual Tanah, Agar Cepat Laku Ini Doa dan Amalannya

Ketika itu, Kiai Nawawi menjabat pengurus Syuriah. Kiai Nawawi juga rutin turun ke musala-musala untuk melakukan dakwah.

"Selain menyebarkan ajaran Islam, Kiai Nawawi juga mengajak masyarakat melawan penjajah. Mulai sejak penjajahan belanda hingga saat Jepang datang ke Indonesia, tahun 1943. Ajaran beliau cinta tanah air dan bangsa adalah bagian dari iman," tulis Masrur.

Tak hanya dalam dakwah, Kiai Nawawi juga turun langsung ke medan palagan dalam melawan penjajah. Kala itu, pada Oktober 1945, pasukan pejuang berhasil dipukul mundur pasukan sekutu dari Kota Pahlawan. Tetara gabungan Inggris, Gurkha dan Belanda, ingin kembali menguasai Indonesia yang baru saja memproklamirkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.

Baca Juga: Ingin Kaya Banyak Harta yang Barokah, Ini Doa dan Amalannya

Wali Kota Surabaya Rajiman Nasution saat itu datang ke markas tentara Hizbullah yang selama ini membangun benteng di utara Alun-alun Kota Mojokerto. Kepada para kiai di Mojokerto, Rajiman Nasution meminta bantuan untuk menghadang pasukan sekutu yang hendak menguasai Sidoarjo dan Mojokerto.

Meski tak muda lagi, namun Kiai Nawawi menjadi orang pertama yang menyatakan kesiapannya turun ke medan pertempuran. Bersama KH Mansur, KH Abdul Jabar, KH Ridwan serta beberapa pasukan Hizbullah, pasukan Kiai Nawawi masuk ke Sidoarjo. Pasukan ini bergabung dengan pasukan kiai-kiai dari daerah lain di bawah pimpinan Kiai Hasan Bisri.

"Banyak pertempuran yang kami alami saat itu. Mulai dari pertempuran Surabaya, kemudian di wilayah Sepanjang, Kedurus, Kletek dan terakhir di Sukodono, Sidoarjo," tutur Sueb, salah seorang santri Kiai Nawawi yang saat itu turut serta ikut dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan.

Baca Juga: Doa dan Amalan Tolak Bala dengan Sholawat Nabi

Kiai Nawawi, kata Sueb, merupakan sosok pejuang sejati. Ia tak pernah merasa takut kala melakukan kontak senjata dengan pasukan Belanda dan Inggris. Seakan tak takut peluru, Kiai Nawawi selalu berada di baris terdepan saat pertempuran dasyat pecah.

Sueb pun mengaku, Kiai Nawawi juga membekali para santrinya dengan benda-benda yang telah dibaluri doa.

"Ketika hendak berperang, saat itu, kami semua minta suwuk dari Kiai Nawawi. Saya diberikan kain udeng. Sebelumnya kain udeng itu sudah dirajah oleh beliau. Saya dan teman-teman seperjuangan, kalau tidak salah sekitar 17 orang, membawa bekal masing-masing dari beliau," imbuh Sueb.

Tak hanya kain udeng, dari cerita-cerita yang berkembang di masyarakat, ada juga santri Kiai Nawawi yang dibekali tujuh butir batu kerikil. Kabarnya, butiran batu kecil itu bisa meledak layaknya granat tangan.

Halaman:

Editor: Teguh Priyatno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah