Ironi di Hari Tani Nasional, Petani Bukan Pemasok Utama Beras dalam Negeri

- 24 September 2020, 15:37 WIB
Aksi simpatik yang dilakukan dalam rangka peringatan Hari Tani Nasional tersebut menuntut kepada Pemerintah untuk menghentikan alih fungsi lahan, laksanakan reforma agraria dan hentikan intimidasi serta kriminalisasi petani. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/foc.
Aksi simpatik yang dilakukan dalam rangka peringatan Hari Tani Nasional tersebut menuntut kepada Pemerintah untuk menghentikan alih fungsi lahan, laksanakan reforma agraria dan hentikan intimidasi serta kriminalisasi petani. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/foc. /

Selain itu, petani tidak memiliki posisi tawar yang menguntungkan saat bertransaksi karena harga komoditas yang mereka hasilkan sangat bergantung pada pasar. Alhasil, petani hanya bertindak sebagai price taker dan bukan price maker.

Beras lokal dari petani setidaknya melalui empat hingga enam pelaku distribusi sebelum sampai di tangan konsumen. Dalam rantai distribusi beras lokal, margin laba terbesar justru dinikmati para tengkulak, pemilik penggilingan padi, atau pedagang grosir.

Penelitian yang dilakukan oleh Hizkia Respatiadi mencontohkan yang terjadi di Pulau Jawa, margin laba ini berkisar antara 60-80 persen per kilogram.

Baca Juga: ShopeePay Gandeng KALCare dan K24Klik Permudah Akses Kebutuhan Produk Kesehatan

Baca Juga: Usai Bendung Katulampa Siaga 1, Sungai Ciliwung Meluap dan Merendam Sebagian Rumah Warga

Sebaliknya, margin laba yang didapat pedagang eceran hanya berkisar antara 1,8-9 persen per kilogram.

Meski demikian, rantai distribusi yang panjang ternyata bukan satu-satunya penyebab harga pangan di Indonesia terbilang mahal.

Jika dilihat dari ongkos produksi, penelitian yang dilakukan oleh International Rice Research Institute (IRRI) pada tahun 2016 menemukan bahwa ongkos produksi beras di Indonesia 2,5 kali lebih mahal dari Vietnam dan 2 kali lebih mahal dari Thailand.

Studi ini juga menunjukkan rata-rata biaya produksi satu kilogram beras di Indonesia adalah Rp4.079, hampir 2,5 kali lipat biaya produksi di Vietnam (Rp1.679), hampir 2 kali lipat biaya produksi di Thailand (Rp2.291) dan India (Rp2.306). Biaya produksi beras di Indonesia juga lebih mahal 1,5 kali dibandingkan dengan biaya produksi di Filipina (Rp3.224) dan China (Rp 3.661).

Baca Juga: Semakin Dilirik karena Menjanjikan Keuntungan besar, Begini Cara Bertani Dengan Sistem Hidroponik

Halaman:

Editor: Majid Ngatourrohman

Sumber: Permenpan RB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x