“Jadi, ini peluangnya bisa presiden dari Gerindra, ketua DPR RI dari PDI Perjuangan, dugaan saya adalah Mbak Puan Maharani lagi atau bisa juga ketua DPR adalah Golkar misalnya Airlangga Hartarto,” tambahnya.
Qodari yang juga Ketua Umum Gerakan Sekali Putaran itu menerangkan, perbedaan pucuk kekuasaan antara eksekutif dan legislatif akan menciptakan pemerintahan demokratis yang ideal. Pasalnya, akan terjadi pemerintahan yang dapat saling kontrol dan terjadi keseimbangan kekuasaan.
“Jadi menurut saya ini komposisi yang ideal karena akan terjadi mekanisme check and balance karena eksekutif dan legislatif dimenangkan atau dikepalai oleh partai yang berbeda,” jelasnya.
“Tentu saja variabel yang berikutnya tergantung apakah PDI Perjuangan atau Golkar nanti akan masuk pemerintahan atau tidak. Kalau Golkar dugaan saya pasti masuk koalisi pemerintahan, jadi Golkar misalnya jadi ketua DPR tetapi juga punya menteri di kabinet,” imbuhnya.
Sedangkan, lanjut Qodari, jika PDIP yang menjadi ketua DPR lagi diperkirakan akan sepenuhnya menjadi oposisi. Hal itu tercermin dari sikap Ketua Umum PDIP Megawati yang kecenderungannya tidak akan berkompromi dengan pemerintahan Prabowo-Gibran.
“Tetapi di dalam kasus PDI Perjuangan, boleh jadi ini oposisi murni dalam pengertian ketua DPR dari PDIP yaitu Mbak Puan dan PDIP tidak punya kursi di kementerian. Sementara kalau melihat kecenderungan Ibu Megawati yang bisa dan lama di oposisi boleh jadi akan mengulangi peristiwa 2004 sampai dengan 2014 di mana Bu Mega memutuskan PDIP untuk berada di luar pemerintahan,” tukas Qodari.
Baca Juga: Saatnya Rekonsiliasi Menuju Harmoni, Tokoh Agama Ajak Semua Pihak Legowo Terima Hasil Pilpres 2024
Diketahui, hasil quick count semua lembaga survei menunjukkan Prabowo – Gibran unggul telak, di antaranya Poltracking data masuk 100 persen, Prabowo – Gibran 57,62 persen, Indikator data masuk 97,63 persen, Prabowo – Gibran 58 persen.
LSI Denny JA data masuk 97 persen, suara Prabowo – Gibran 58,16 persen, Charta Politika data masuk 98,30 persen, Prabowo – Gibran 57,81 persen dan PRC data masuk 97,58 persen, Prabowo – Gibran 59,32 persen. Sementara Anies – Muhaimin rata-rata mendulang suara 24-25 persen, Ganjar – Mahfud 16-17 persen.