Membangun Relasi Orangtua dan Anak di Era Digital

- 17 September 2021, 18:58 WIB
Tangkapan layar, Dr Beavaola Kusumasari saat mengisi Literasi Digital.
Tangkapan layar, Dr Beavaola Kusumasari saat mengisi Literasi Digital. /Kurniawan./

Lensa Purbalingga - Banyak orang tua mengeluh kerepotan saat membimbing anak-anak mereka, terutama siswa SD dalam mengikuti pembelajaran daring.

Padahal, di situasi pandemi seperti sekarang penguasaan atas sarana pembelajaran digital menjadi sangat penting.

Baca Juga: Sambut HUT ke-66 Lalu Lintas Bhayangkara, Satlantas Polres Purbalingga Gelar Donor Darah

Di sisi lain, anak-anak di usia 5 hingga 10 tahun sedang dalam masa tumbuh kembang yang pesat dan memiliki hasrat bermain yang tinggi.

"Pembelajaran daring bukan sekadar menggeser model pembelajaran tatap muka ke media digital" kata Dr. Bevaola Kusumasari, M.Si, dosen FISIPOL UGM dalam acara webinar Literasi digital yang diselenggarakan Menkominfo dan Siberkreasi, Jumat siang 17 September 2021.

Baca Juga: Bupati Tiwi Tiba-Tiba Sidak Sejumlah Obyek Wisata di Purbalingga, Ada Apa

Bevaola menerangkan belajar tidaklah terbatas pada buku pelajaran, tetapi belajar bisa dari apapun dan di manapun. Ada beberapa pendekatan yang harus diketahui orangtua dalam membimbing anak mereka.

"Belajar sambil bermain adalah salah satu alternatifnya. Salah satu contoh adalah menyimak konten pembelajaran di YouTube atau Tiktok" tambahnya.

Baca Juga: Truk Masuk Jurang di Bayeman Purbalingga, Begini Kronologinya

Beavola juga mengatakan tidak selamanya media sosial memiliki efek negatif bagi anak, asal orang tua paham dan sadar akan hal ini tumbuh kembang anak tidak terganggu.

Tantangan bagi orangtua sekarang adalah bahwa orangtua hari ini adalah generasi migrasi digital. Mereka lahir pada saat media digital masih dalam bentuk embrio.

Sedangkan anak-anak mereka lahir sebagai generasi digital native, kata Tohar, Ketua Himpaudi Purbalingga.

"Hal ini memberi jarak pengetahuan digital antara orangtua dan anak" tambahnya.

Baca Juga: Truk Masuk Jurang di Desa Tlahab Bayeman Purbalingga

Tohar menjelaskan bahwa kondisi ini perlu disiasati dengan jeli oleh para orangtua.

"Salah satu tugas orangtua adalah mempersiapkan anak untuk menghadapi zamannya" kata Tohar.

Baca Juga: Kisah Seorang Gadis di Purbalingga, Bisa Minta Nasi Dibawa Pulang Untuk Bapak dan Adik Dirumah

Memang tidak dapat dipungkiri bahwa media digital juga dapat mengganggu tumbuh-kembang anak. Seperti penggunaan media digital yang berlebihan menyebabkan kerusakan mata pada anak dan membuat mereka sulit tidur dan beristirahat.

Selain itu, Ari Ujianto, seorang pegiat Advokasi Sosial juga menjelaskan bahwa sudah banyak anak-anak yang menjadi korban kekerasan di media digital.

"Sudah banyak anak yang menjadi korban kekerasan di media digital dari perundungan, perdagangan anak, penipuan, kekerasan seksual, dan lain-lain" tambahnya.

Baca Juga: Antisipasi Penyalahgunaan Narkoba, Ratusan Personel Polres Purbalingga Jalani Tes Urine

Ari juga menambahkan bahwa 90% anak Indonesia sudah terpapar pornografi. Salah satu penyebabnya adalah kelengahan orangtua dalam mengawasi anak.

"Selain mengawasi, akhirnya orangtua juga dituntut untuk menguasai perangkat dan media digital. Hal ini penting karena anak yang lebih paham soal media digital sering mengecoh orangtuanya" kata Ari.

Baca Juga: Bupati Tiwi dan Sekda Baru Purbalingga Tampak Serasi Dengan Kerudung Merah

Pada kesempatan berikutnya, Triwar Agusnila, guru SMA N 1 Bobotsari mengatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu disiapkan orangtua dalam membimbing anaknya.

"Selain tanggungjawab, kedua orangtua juga harus memiliki kedekatan emosional dengan anak. Ini penting agar anak bisa terbuka mengenai masalahnya" kata Nila.***(TM).

Editor: Kurniawan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah