Ini Etika Mimpi Dalam Islam, Simak Penjelasannya

- 21 Juni 2022, 18:55 WIB
Ini Etika Mimpi Dalam Islam, Simak Penjelasannya.
Ini Etika Mimpi Dalam Islam, Simak Penjelasannya. /Pixabay.

Lensa Purbalingga – Ustadz Abu Sa’ad berkata, “Pelaku mimpi hendaknya memelihara etika yang perlu dipegang teguh dan memiliki batasan-batasan yang selayakya tidak dilampaui. Demikian pula dengan pentakwil.”

Ternyata dalam menafsirkan mimpi terdapat etika-etika yang harus ditaati oleh penakwil dan orang yang mengalami mimpi, lho!

Baca Juga: Dalam Islam Ada 2 Kategori Mimpi, Apa Saja? Kamu Wajib Baca Ini

Berikut etika yang harus ditaati oleh orang yang mengalami mimpi:

1. Tidak menceritakan mimpinya kepada orang yang iri

Hal ini sesuai dengan perkataan Ya’kub kepada Yusuf, “Ayahnya berkata, ‘Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka akan membuat makar (untuk membnasakanmu)’” (Yusuf: 5)

2. Jangan menceritakan mimpi kepada orang-orang bodoh

Baca Juga: Ini 3 Aktris yang Dirumorkan Punya Hubungan Special Dengan Nam Joo Hyuk

Nabi saw. Bersabda, “Janganlah kamu menceritakan mimpimu kecuali kepada orang yang dicintai atau kepada orang yang pandai.”

3. Jangan menceritakan mimpi secara terbuka

Mimpi hanya dapat dilihat oleh yang mengalaminya, sehingga jika hendak menceritakannya harus secara rahasia.

Baca Juga: Megawati Sebut Nama Tasdi saat Sambutan di Pembukaan Rakernas PDIP, Begini Katanya

Sebaiknya mimpi itu diceritakan menjelang awal tahun dan pagi hari setelah mimpi tersebut muncul, dan tidak menceritakannya setelah 2 hari tersebut lewat.

Mimpi juga tidak boleh diceritakan kepada wanita atau anak-anak.

Baca Juga: Ini Sederet Penghargaan yang Telah Diraih Aktor Tampan Nam Joo Hyuk

Setelah mengetahui etika yang harus ditaati oleh orang yang menaglami mimpi, berikut etika yang harus penakwil saat menakwilkan mimpi:

1. Jika seorang saudara penakwil menceritakan mimpi, maka penakwil harus memengatakan “Aku kira mimpi itu baik.”

2. Penakwil harus menakwilkan mimpi dengan cara yang paling baik.

Diriwayatkan Nabi saw. Bersabda, “Mimpi akan terjadi sebagaimana ia ditakwilkan.” Selain itu beliat juga bersabda, “Mimpi itu bagakan kaki yang menggantung selama belum diungkapkan. Jika telah diungkapkan, maka terjadilah.”

Baca Juga: Ini Daftar Drama Korea yang Dibintangi Nam Joo Hyuk

3. Menyimak mimpi dengan baik, dan menjawab pertanyaan dengan jawaban yang mudah dipahami.

4. Tidak tergesa-gesa menakwilkan mimpi. Mimpi harus ditakwilkan dengan hati-hati.

5. Merahasiakan mimpi dan tidak menyebarkannya karena merupakan amanat. Penakwilan juga tidak boleh dilakukan saat matahari terbit, waktu antara salat Dzuhur dan Ashar, dan matahari terbenam.

Baca Juga: Pegawai di Purbalingga Diminta Pakai Seragam Korpri Yang Baru, Ini Motifnya

6. Menakwilkan mimpi tergantung pada siapa yang mengalami mimpi tersebut.

Mimpi seorang pemimpin negara akan ditakwilkan berbeda saat mimpi yang sama dialami oleh seorang rakyat.

Begitupula dengan jika seorang istri bermimpi sesuatu bisa jadi milik suaminya. Sedangkan takwil mimpi seorang anak berlaku bagi orang tua anak tersebut.

7. Merenungkan mimpi yang disampaikan kepadanya

Jika mimpi tersebut baik, maka takwillah mimpi tersebut dan menyampaikan kabar baik tersebut.

Jika mimpi tersebut buruk, maka mimpi tersebut tidak boleh ditakwilkan atau hanya menakwilkan bagian yang baik saja.

Jika dalam mimpi tersebut sebagian baik dan sebagian buruk, maka bantingkan mana yang intinya paling kuat.

Baca Juga: Pernah Mimpi Menikah? Pertanda Apa? Ini Penjelasannya

Saat penakwil kesulitan menakwilkan sebauh mimpi, takwilkan mimpi berdasarkan nama yang mengalami mimpi tersebut.

Penakwil juga dapat menakwilkan mimpi berdasarkan apa yang ditemui seseorang saat mengalami mimpi.

Contohnya, saat mimpi bertemu nenek-nenek akan ditakwilkan sebagai dunia yang berlalu. Sedangkan mimpi bertemu keledai, bighal, dan kuda akan ditakwilkan dia akan melakukan perjalanan. ***

Editor: Kurniawan

Sumber: Ibnu Sirin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x