23 Maret Hari Peringatan Bandung Lautan Api, Ini Sejarahnya Jangan Dilupakan

23 Maret 2022, 09:35 WIB
Monumen Bandung Lautan Api Monumen Bandung Lautan Api bandung.go.id /Monumen Bandung Lautan Api bandung.go.id

Lensa Purbalingga - Peristiwa Bandung Lautan Api terjadi pada tanggal 23 Maret 1946 dan diperingati setiap tahunnya.

Bandung Lautan Api ini dilatarbelakangi oleh situasi pertahanan dan keamanan setempat yang belum benar-benar stabil pasca kemerdekaan.

Selang sebulan pasca kemerdekaan, pasca dibacakannya naskah proklamasi, Indonesia tidak lantas bebas dari pasukan penjajah.

Baca Juga: Jutaan Serangga Malam  Penuhi Jembatan di Sungai Klawing, Pengendara Motor Berjatuhan

Pasukan Inggris datang ke Indonesia untuk membebaskan warga Eropa yang menjadi tawanan perang Allied Prisoners of War and Internees (APWI) termasuk militer Belanda yang dipenjarakan Jepang.

Pasukan dipimpin yang oleh Brigade MacDonald dari Divisi India ke-23, tiba pada tanggal 12 Oktober 1945.

Sekutu pun meminta bantuan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan sempat meminta penduduk yang memiliki senjata untuk diserahkan pada pasukan sekutu.

TKR pun memenuhinya dengan syarat, sekutu siap membantu dalam hal keamanan dan ketertiban setempat. Namun, pada akhirnya sekutu malah berpihak pada Belanda.

Baca Juga: Unggah Foto Bupati Purbalingga Beli Balon,Arisha Puteri Braling:Cukup Dolan GOR,Minyak Angel Masa Mikir Plesir

Hubungan Indonesia dan Inggris pun semakin memanas. Tentara sekutu sempat meminta kembali senjata rampasan pasukan Jepang yang dimiliki pejuang Indonesia, namun tidak direspons oleh para pejuang dan pemuda. Ditambah warga Belanda telah dibebaskan mulai mengganggu keamanan.

Bentrokan antara TKR dan tentara sekutu pun terjadi. Pasukan Indonesia melancarakan serangan pada malam tanggal 24 November 1945 pada markas-markas sekutu yaitu Hotel Preanger dan Savoy Homann, Lapangan Terbang Andir, dan tangsi Jepang di Tegalega.

Baca Juga: Sejumlah Rumah Warga Kelurahan Bancar Purbalingga Gugur Diterjang Derasnya Sunagau Klawing

Situasi kian tidak terkendali saat serangan dibalas oleh Inggris. Belum lagi keesokan harinya pada tanggal 25 November, pintu air Cikapundung di Dago jebol hingga menyebabkan banjir besar dan menewaskan puluhan warga Bandung.

Brigadir MacDonald pun bertemu dengan Gubernur Jawa Barat, Mr. R. Sutarjo Kartohadikusumo di markas tentara sekutu pada tanggal 27 November 1945.

Brigadir MacDonald kemudian mengeluarkan ultimatum yang berisikan ancaman penembakan kepada seluruh warga Indonesia yang kedapatan membawa senjata, berada disekitar pos-pos tentara Inggris, Jepang, dan pasukan Recovery of Allied Prisoners of War and Internees (RAPWI), dan meminta untuk meninggalkan Bandung Utara.

Baca Juga: Perangkat Desa Galuh Purbalingga Dituntut 1 Tahun 9 Bulan Atas Dugaan Kasus Korupsi

Tenggat waktu pemenuhan ultimatum adalah tanggal 29 November 1945. Namun, para pejuang Indonesia mengabaikannya dan tetap menyusun strategi perlawanan gerilya dan sporadis di berbagai daerah di Bandung.

Awal tahun 1946, pertempuran kian memanas. Pada Januari 1946, TKR diubah namanya menjadi Tentara Keselamatan Rakyat (TKR), dan kemudian Tentara Republik Indonesia (TRI).

Sekutu mengeluarkan ultimatum kedua yang disampaikan kepada Perdana Menteri Syahrir pada tanggal 23 Maret 1946.

Baca Juga: Ini Alasan Purbalingga Terima Penghargaan Dog Meat Free Indonesia

Intinya adalah meminta TRI untuk meninggalkan Bandung Selatan sejauh 10 sampai 11 kilometer dari pusat kota, dilarang membumihanguskan Bandung, dan penarikan TRI dari Bandung Selatan selambat-lambatnya pada 24 Maret 1946 tengah malam.

24 Maret 1946 pagi, Panglima Divisi III Kolonel AH Nasution pun mengadakan pertemuan guna membahas instruksi Pemerintah RI di Jakarta dan Pemerintah Ri di Yogyakarta terkait ultimatum kedua. Hasilnya, Kolonel Nasution menyiarkan pengumuman lewat RRI yang mengharuskan agar seluruh rakyat harus keluar dari Bandung.

Baca Juga: 31 Maret 2022, Target Akhir ASN Purbalingga Tervaksin Booster

Bandung pun mulai dibumihanguskan pada tanggal 24 Maret 1946 malam. Diawali dengan peledakan gedung Bank Rakyat dan disusul aksi pembakaran di berbagai mulai dari Cicadas, Banceuy, Braga, dan Tegallega.

Seiring pembakaran tersebut dan Bandung menjadi lautan api, sekitar 200 warga kota Bandung pun mengungsi ke wilayah selatan dan timur Jawa Barat. Keputusan membumi hanguskan Bandung dipilih agar sekutu tidak dapat membangun kota tersebut sebagai markasnya.

Itulah sejarah peristiwa Bandung Lautan Api yang kini setiap tahunnya diperingati pada tanggal 23 Maret.

 

 

Editor: Teguh Priyatno

Tags

Terkini

Terpopuler