Harga Gandum Dunia Naik, Indonesia Tidak Terdampak Besar

9 Juli 2022, 11:31 WIB
Ilustrasi, Harga Gandum Dunia Naik, Indonesia Tidak Terdampak Besar. /Pixabay.

Lensa Purbalingga – Kenaikan harga gandum dunia tidak berdampak besar pada kenaikan harga makanan olahan yang menggunakan tepung terigu sebagai bahan dasar di Indonesia.

Sebagian besar kebutuhan terigu nasional masih bergantung pada impor. Hal ini dikarenakan kebutuhan terigu nasional yang semakin naik dari tahun ke tahun, tidak diimbangi dengan pasokan gandum dalam negeri.

Baca Juga: Waspada Monkeypox (Cacar Monyet), Ini Gejala dan Cara Penularannya

Kebutuhan terigu yang terus naik ini diakibatkan oleh naiknya permintaan konsumen terhadap prosuk olahan gandum.

Selain itu, sebagian besar UMKM di Indonesia menggunakan tepung terigu sebagai bahan dasar.

Baca Juga: Ini Profil Biodata dan Perjalanan Karier Nathalie Holscher yang Kini Menggugat Cerai Sule

Menurut Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindoo) kenaikan ini tidak akan berdampak besar karena kenaikan serupa telah terjadi pada tahun 2019 saat gelombang panas yang terjadi di beberapa negara membuat gagal panen.

Kenaikan harga gandum internasional disebabkan oleh 2 hal:

1. Perang Rusia-Ukraina
Rusia dan Ukraina merupakan salah satu negara penghasil gandum terbanyak di dunia. Rusia berada di peringkat 3 sedangkan Ukraina berada di peringkat 8.

Invasi Rusia ke Ukraina menyebabkan kedua negara tersebut mengalami masalah untuk memproduksi dan mengekspor gandum.

Selain itu pelabuhan Ukraina diberhentikan aktivitasnya, membuat perdaganagn gandum terganggu.

2. Kebijakan larangan ekspor gandum India
Kebijakan ekpor gandum ini disebabkan oleh gelombang panas yang melanda Asia Selatan yang membuat ratusan hektar tanaman gandum rusak pada Maret 2022.

Akibatnya, hasil panen merosot hingga 50%. Kondisi ini menyebabkan pemerintah India mempertimbangkan pembatasan ekspor untuk mengamankan ketersediaan gandum di dalam negeri.

Baca Juga: Dinilai Halangi Proses Hukum MSAT, Kemenag Cabut Izin Pesantren Shiddiqiyyah Jombang

Selain itu, harga gandum yang melonjak tinggi karena inflasi, membuat pemerintah melarang ekspor gandum.

Karena kebijakan India terbaru yang melarang ekspor gandum dan konflik Rusia-Ukraina yang belum berakhir, Aptindo mengusahakan mencari negara pengganti yang dapat mengekspor gandum.

Negara-negara yang dimakud yaitu AS, Moldova, Bulgaria, Kanada, Brazil, dan Argentina.

Aptindo mengusahakan agar pasokan tepung terigu selalu tercukupi, sehingga tidak akan muncul kelangkaan.

Baca Juga: Anak Kiai Jombang MSAT Pelaku AsusilaTerancam 12 Tahun Penjara

Dalam data Aptindo, kebutuhan terigu nasional terus naik dari 8,7 juta ton pada tahun 2020, menjadi 8,9 juta ton pada tahun 2021. Sedangkan pada bulan Januari-April 2022 mencapai 2,93 juta ton.

Angka ini akan terus naik mengingat pengguna tepung terigu terbanyak merupakan pengusaha kecil dan menengah (UMKM). UMKM menggunakan total 70% terigu nasional.

Baca Juga: Bupati Purbalingga: Keluarga Punya Peran Penting Membentuk Nation And Character Building bagi Anak

Kabar baiknya ekspor tepung terigu dan olahannya naik 23,3% (periode Januari-Aptil 2022) dari tahun sebelumnya.

Pada tahun 2021 jumlah ekspor mencapai US$1,19 miliar, sedangkan pada periode Januari-April 2022 sudah mencapai US$317,3 juta.

Baca Juga: Pelatihan di UPTD BLK Purbalingga Dibanjiri Peserta

Ekspor tepung terigu Indonesia dihasilkan di ladang gandum Alahan Panjang Sumatera Barat, ladang gandum Tosari, Jawa Timur, dan lereng Gunung Bromo.

Ekspor tepung terigu Indonesia pada Januari-April 2022 mencapai US$8,0 juta, tumbuh 42 persen.

Ekpor produk tumbuh 44,4% mencapai US$43,1 juta, sedangkan ekspor produk turunan terigu tumbuh 19,9%, mencapai US$266,2 juta.***

Editor: Kurniawan

Sumber: berbagai sumber

Tags

Terkini

Terpopuler