Brigjen TNI DI Pandjaitan, Pahlawan Revolusi Putra Kelahiran Balige Sumatera Utara

- 28 September 2022, 08:50 WIB
Brigjen TNI DI Pandjaitan, Pahlawan Revolusi Putra Kelahiran Balige Sumatera Utara
Brigjen TNI DI Pandjaitan, Pahlawan Revolusi Putra Kelahiran Balige Sumatera Utara /

Lensapurbalingga - Brigjen TNI DI Pandjaitan atau dengan nama lengkap Brigjen TNI Donald Isaac menjadi korban keganasan Gerakan 30 September PKI atau G30S/PKI merupakan merupakan salah satu peristiwa yang paling kelam selama sejarah Indonesia.

Gerakan tersebut tidak hanya terjadi di Jakarta saja, namun juga di YPKIOogyakarta. Pada waktu itu, kelompok pendukung Partai Komunis Indonesia (PKI) menculik beberapa orang dri perwira tinggi yang dituduh melakukan kudeta.

Pemerintah kemudian dianugerahi gelar Pahlawan Revolusi serta juga sebagai Pahlawan Nasional

Baca Juga: SMK Negeri 1 Karangjambu Belum Punya Gedung Sekolah, Pemkab Purbalingga Siapkan Lahan 1 Hektar

DI Pandjaitan atau yang dikenal dengan nama lengkap Brigjen TNI Donald Isaac Pandjaitan lahir pada tanggal 9 Juni 1925 di Balige, Sumatera Utara. Jepang menguasai Indonesia ketika ia menyelesaikan sekolahnya.

Tamat SMA, DI Pandjaitan menjadi anggota Gyugun atau tentara sukarela di Pekanbaru, Riau.

Pasca kemerdekaan Indonesia tahu 1945, DI Pandjaitan bergabung dalam TKR (Tentara Keamanan Rakyat) yang baru saja dibentuk.

Pertama kali ia menjadi komandan batalyon selanjutnya ditugaskan di di Bukittinggi sebagai Komandan Pendidikan Divisi IX/Banteng tahun 1948.

Tak lama kemudian pahlawan revolusi ini menjadi Kepala Staf Umum IV (Supplay) Komandemen Tentara Sumatera selanjutnya menjadi Pimpinan Perbekalan Perjuangan Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) ketika Agresi Militer Belanda I dan II.

Baca Juga: 14 Tahun SMK Negeri 1 Karangjambu Belum Miliki Gedung Sekolah, Ini Tanggapan Sekda Purbalingga

Pasca pengakuan kedaulatan Indonesia olelh Belanda, DI Pandjaitan naik jabatan menjadi Kepala Staf Operasi Tentara dan Teritorium (T&T) I Bukit Barisan di Medan kemudian menjadi Kepala Staf T & T II/Sriwijaya.

Tahun 1963, DI Pandjaitan dikirim ke Amerika Serikat untuk kursus militer di Associated Command and General Staff College di Forth Leavenworth.

Ia sempat ditugaskan sebagai atase militer Indonesia di Bonn, Jerman tahun 1960 setelah sebelumnya mengikuti kursus atase militer tahun 1956.

Dua tahun kemudian, D.I Pandjaitan kemudian ditugaskan sebagai Asisten Menteri Panglima Angkatan Darat Jenderal AH Nasution untuk urusan logistik.

Tanggal 01 Oktober 1965 dini hari, D.I Panjaitan dijemput paksa oleh sekelompok pasukan Cakrabirawa dengan dalih dipanggil oleh Presiden Soekarno.

Baca Juga: Purbalingga Mulai Kembangkan Motor Listrik, Desember Targetkan Produksi 3 Unit

Pasukan mendobrak masuk, namun perlawanan dilakukan oleh orang yang berada di rumah DI Pandjaitan yakni Albert Naiborhu dan Viktor Naiborhu.

Keduanya terluka berat dan tak lama kemudian Albert tewas setelah lima butir peluru bersarang di tubuhnya.

Setelah berpakaian seragam TNI lengkap, DI Pandjaitan turun menemui pasukan Cakrabirawa yang akan membawanya pergi. Setelah berdoa, DI Pandjaitan dieksekusi mati di depan rumahnya.

Baca Juga: BMKG Hari Ini, Prakiraan Cuaca Boyolali, Selasa 27 September 2022, Pagi Siang Sore Malam Berawan

Mayatnya kemudian dibawa ke wilayah lubang buaya di Halim Perdanakusuma. Tubuhnya bersama dengan para jenderal lain yang sudah dieksekusi dimasukkan ke dalam sumur tua dan ditimbun dengan batang pisang.

Jasad pahlawan revolusi ini baru dievakuasi pada tanggal 4 Oktober 1965. DI Pandjaitan kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Ia dianugerahi gelar Pahlawan Revolusi oleh pemerintah.

 

 

Editor: Teguh Priyatno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x