Selama sekolah, ia bahkan sempat terlibat dalam operasi militer menumpas pemberontakan Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatera.
Setelah lulus, Pierre ditugaskan sebagai Komandan Pleton Batalyon Zeni Tempur 2 Kodam II/Bukit Barisan di Medan dengan pangkat Letnan Dua.
Baca Juga: Awas! Jembatan Penghubung Purbalingga - Banjarnegara -Banyumas Rusak, Jalan Sisi Tengah Ambles
Beberapa tahun kemudian ia bergabung di Dinas Pusat Intelijen Angkatan Darat (DIPIAD).
Dari situ ia ditugaskan sebagai intelijen di Malaysia ketika Indonesia dan Malaysia mengadakan konfrontasi.
Dari situ, Pierre kemudian naik pangkat sebagai letnan satu dan ditarik menjadi ajudan Jenderal A.H Nasution. Tanggal 1 Oktober 1965 dini hari, Pasukan Cakrabirawa datang untuk menculik Jenderal A.H Nasution yang menjadi target utama.
Namun karena waktu yang sudah mendesak, pasukan Cakrabirawa tidak bisa membedakan antara Pierre Tendean dan A.H Nasution sehingga mereka membawa Pierre Tendean.
Baca Juga: Tiga Kerajaan Islam Di Jawa Mengakui Eksistensi Perdikan Cahyana Purbalingga
A.H Nasutio sendiri berhasil melarikan diri dengan melompati pagar rumahnya namun ia terluka di kakinya.
Pahlawan Revolusi ini disiksa dan dieksekusi mati bersama dengan perwira tinggi Angkatan Darat lain yang sudah diculik sebelumnya.