Viral! Ini Kata Ahli Gizi, diet ekstrem & tanpa sayur ala Tya Ariestya

- 4 Maret 2021, 21:47 WIB
Diet ketat.
Diet ketat. /ANTARA.

Lensa Purbalingga - Siapa yang tak kenal dengan sosok Ariestya Noormita Azhar atau yang lebih dikenal dengan Tya Ariestya, model dan aktris keturunan Melayu dan Batak ini kini sedang viral.

Ya karena aksinya yang berhasil melalukan atau menurunkan berat badan yang kini jadi sorotan, bukan karena dietnya tapi tips yang digunakan Tya Ariestya.

Baca Juga: 12 Tahun Buron, Djoko Tjandra terancam 4 tahun penjara dengan Denda Rp100 juta

Mungkin diet berkaitan dengan wanita termasuk Tya Ariestya, tubuh yang semampai dan kurus menjadi dambaan hampir semua wanita.

Namun Diet yang dilakukan Tya Ariestya menghebohkan warganet akhir akhir ini. Tak hanya tips diet, tapi dengan buku tips diet dari selebritas Tya Ariestya.

Baca Juga: 8 Jabatan Yang Kosong di Purbalingga Ditargetkan Diisi Pertengahan Tahun Ini, Siapa Saja....?

Tya Ariestya yang mengaku berhasil menurunkan berat badannya secara drastis melalui diet ketat selama beberapa bulan.

Tya berhasil memangkas berat badannya hingga 25 kilogram dalam kurun waktu empat bulan.

Baca Juga: DPRD Gelar Rapat Paripurna, Ini Pidato Perdana Bupati Tiwi

Ia juga mengatakan dirinya tidak memakan sayur selama diet karena dianggap menghambat penurunan berat badan.

Ketua Indonesia Sport Nutrisionis Association (ISNA) Dr. Rita Ramayulis, DCN, M.Kes tidak membenarkan hal tersebut. Menurut Dr. Rita, sayur kaya akan hal baik bagi kesehatan tubuh.

Baca Juga: Kerja Cepat, Gibran Tinjau Pembangunan Masjid Agung Solo

Ini salah kalau dikatakan sayur menghambat penurunan berat badan. Secara kimia tubuh, justru sayur yang membantu jika terjadinya kerusakan metabolik ketika kita melakukan defisit energi," kata Dr. Rita yang merupakan ahli gizi dari FKM UI tersebut kepada ANTARA, Kamis.

Lebih lanjut, Rita menjelaskan bahwa tubuh akan memakai energi secara 24 jam tanpa bergerak, terlebih untuk menggerakkan organ-organ tubuh yang tidak diperintah; seperti jantung berdetak, kerja ginjal, hati, usus, dan lambung. Organ-organ ini membutuhkan energi untuk bekerja.

Baca Juga: Fakta Presenter Rina Gunawan meninggal karena Covid 19, Begini.....

"Ketika kita mendefisitkan energi, kemudian mikronutrien (seperti vitamin dan mineral) dan seratnya tidak dicukupi, itu akan membuat sistem kerja metabolik energi itu berlangsung tidak sempurna, dan itu tubuh membutuhkan serat dari sayuran," jelasnya.

Selain itu, sayur memiliki serat yang fungsi utamanya adalah untuk menjaga keseimbangan mikrobiota dalam tubuh. Dr. Rita memaparkan, mikrobiota di tubuh memakan serat. Mikrobiota ini memiliki peran penting terhadap imunitas tubuh.

Baca Juga: Siap-Siap, Pemkab Purbalingga Luncurkan Kartu Prakerja Mandiri

Jika tidak ada serat yang masuk, maka mikrobiota akan mati, dan menyebabkan antibodi tidak terbentuk, sehingga imunitas melemah.

Selanjutnya, sayur dan serat juga berfungsi untuk mengontrol kolesterol dan menstabilkan kadar glukosa darah. Jika hanya memakan nasi dengan lauk tanpa serat, maka kadar glukosa akan naik dan merangsang insulin.

Baca Juga: Waspada! Virus Corona Jenis Baru Mulai Merebak di Indonesia, 2 Pekerja Asal Karawang Sempat Dinyatakan Positif

"Insulin, kalau diproduksi dalam jumlah yang tinggi, bisa terjadi proses inflamasi atau peradangan dalam waktu yang singkat. Dalam waktu panjang, itu beresiko hiperglikemi dan diabetes meritus," kata wanita yang juga merupakan Konsultan Gizi Royal Sport Performance Center Senayan City itu.

Serat dari sayuran juga menggerakkan peristaltik usus besar yang berfungsi memuluskan pekerjaannya untuk mengeluarkan zat toksik di dalam tubuh. Jika tidak didukung oleh serat, maka bisa timbul resiko kanker kolon.

Baca Juga: Update Perkembangan Covid-19 di Jateng : Alhamdulillah, Tak ada Lagi Daerah Zona Merah

Terakhir, sayur menghasilkan sisa basa yang sesuai dengan pH tubuh yang juga merupakan basa.

"Tubuh kita pH-nya basa. Jadi kalau kita mengonsumsi makanan lalu hasilnya asam, maka ginjal, hati dan paru-paru langsung bekerja untuk membasakan," kata Dr. Rita.

Baca Juga: 13 Remaja Putra dan Putri Ditangkap Polisi Saat Sedang Asyik Pesta Miras di Lapangan Kembangan Purbalingga

Orang yang misalnya hanya makan protein saja bisa gagal ginjal karena ginjalnya bekerja keras untuk membasakan. Kalau kita makan sayur, maka itu akan membasakan dan kerja tubuh kita jadi tidak berat," imbuhnya.

Selain tidak memakan sayur, diet ala Tya Ariestya juga disorot karena asupan kalori hariannya kurang dari 500 kalori (Very Low Calorie Diet VLCD). Menurut Dr. Rita, hal ini membahayakan kesehatan dan memiliki dampak jangka pendek hingga panjang.

Baca Juga: TMMD Reguler ke 110, Bupati Tiwi berharap Pembukaan Jalan dua Desa dapat Tingkatkan Perekonomian Warga

Dampak jangka pendeknya dengan defisit energi tersebut menyebabkan proporsi tubuhnya akan menjadi tidak bagus. Jadi, komposisi tubuhnya tidak hanya lemak saja yang hilang, tapi juga penurunan massa otot, tulang, dan total air dalam tubuh.

Sementara, untuk jangka menengah, nantinya akan menjadi tidak cukup untuk memberikan energi ke kerja basa dan imunitas, dan bisa jatuh ke malnutrisi. "Imunitas terganggu, dan kalau terekspos virus dan bakteri akan lebih mudah terpapar," jelasnya.

Baca Juga: Asyik.... UMKM, Kelompok Tani sampai pegiat Pariwisata akan Dapat Hibah

Lebih lanjut, untuk efek jangka panjangnya, akan terjadi resiko gagal ginjal, gangguan fungsi hati, gangguan lambung, hingga irama denyut jantung.

"Penyakit-penyakit ini adalah penyakit yang irreversible -- tidak bisa diperbaiki. Perbaikan pola hidup, pemberian obat, mereka tidak mengembalikan (organ) ke fungsinya hingga 100 persen seperti semula. Jadi, jangan coba-coba lakukan diet ekstrem ini," kata Rita.***

Editor: Kurniawan

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x