Sering Main Media Sosial Bisa Kena Masalah Mental, Ini Cara mengatasinya

- 18 Juni 2022, 13:04 WIB
Ilustrasi bermain media sosial
Ilustrasi bermain media sosial /Pixabay.

Lensa Purbalingga – Media sosial apa yang kamu install di handphone? Dalam sehari berapa lama kamu menggunakan media sosial? atau kamu pakai media sosial buat apa aja?

Meskipun sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari kita, media sosial memiliki dampak yang besar bagi kesehatan mental lho!

Baca Juga: Malam Minggu dan Minggu, 19 Juni 2022 Samsat Purbalingga Tetap Buka, Berikut Lokasi dan Waktunya

Berikut masalah yang bisa ditimbulkan akibat pemakaian sosial media:

1. Kecanduan

Media social memang sengaja didesain untuk memnuat kamu betah berlama-lama memakainya. Namun, pemakai media social rawan mengalami ketakutan akan penolakan orang sekitar, dan keinginan untuk diakui.

Menggunakan mesdia social juga akan membuat kamu merasa iri, selalu merasa kurang, dan memiliki tingkat kepuasan yang rendah dalam hidup.

Selain itu kamu juga bisa terkena masalah seperti, kurang tidur, panik, ADHD, dan depresi. Bahkan, setengah dari pengidap penyakit mental diseluruh dunia berumur 14 tahun keatas.

Hal ini disebabkan oelh semakin banyaknya remaja dan anak-anak yang berinteraksi dengan ponsel daripada keluar rumah dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

Baca Juga: Anak Dibawah Umur di Purbalingga Kendarai Sepeda Motor, Polisi Bakal Lakukan Ini

2. Memperburuk kesepian

saat kamu merasa kesepian, intensitas penggunaan media social kamu juga akan meningkat. Perasaan ingin diakui lewat “like” memang bisa meredakan rasa sepi yang kamu alami. Tetapi, hal tersebut hanya bersifat sementara.

Kamu tidak bisa menggantikan pentingnya bersosialisasi dengan orang lain. Dengan bersosialisasi secara tatap muka kamu akan merasakan perasaan senang dan kepuasan yang lebih lama.

Emoji dalam media sosiat tidak dapat menggantikan komunikasi tatap muka yang sebenarnya. Kamu tidak dapat merasakan ikatan kuat yang terbentuk dari bahasa badan, ekspresi wajah, tone suara dalam komunikasi lewat media sosial.

Baca Juga: Dua Pelajar SMP di Kebumen Terseret Ombak Saat Mandi di Pantai, Begini Kejadiannya

Memang, media social membantu kita tetap terhubung dengan keluarga, teman, dan pasangan. Penggunaan ini juga bermanfaat untuk membantu kamu untuk merasa lebih dekat saat bertemu langsung.

Tombol “like” telah menggantikan kolom komentar. Pada masa ini para remaja mengartikan “like” sebagai hirarki atau symbol status.

Semakin banyak like yang kamu punya, kamu akan memiliki status yang lebih tinggi pula. Selain itu, kondisi ini membuat beberapa remaja merasa terpinggirkan dan terhakimi, bahkan beberapa dari mereka sangat sensitive terhadap hal tersebut.

Baca Juga: Viral! Pengangkutan Sapi Ternak dengan Crane Kapal, Begini Respon Kementan

3. Cyberbulliying

Walaupun cyberbulliying hanya dilakukan secara virtual, efeknya sangat besar. Rasa insecure yang dirasakan koban menjadi semakin buruk.

Ditambah dengan kalimat, gambar, hingga video yang bermaksud menyerang korban sangat mudah dikirim oleh pelaku lewat media sosial.

Mereka yang memiliki riwayat cyberbulliying akan kesulitan untuk fokus sekolah, mendapatkan nilai yang rendah, lebih sering bolos, hingga yang paling parah, cyberbuliying dapat membuat korban meninggal.

Baca Juga: Terungkap, Ternyata Karena Ini SiLPA Tahun 2021 di Purbalingga Naik

Tapi tenang, kamu bisa mencegahnya kok!
Cara pertama yang bisa kamu lakukan adalah dengan membangun kebiasaan sehat.

Dengan membatasi penggunaan media sosial dibarengi dengan meluangkan waktu secara berkala untuk berkumpul bersama keluarga.

Namun, Batasan penggunaan media sosial bergantung pada umur, karakter, dan budaya seseorang. hal lain yang harus diperhatikan adalah apa yang kamu lakukan selama menggunakan media sosial.

Karena, apa yang mereka lakukan saat menggunakan media social lebih penting dari berapa lama kamu menghabiskan waktu berselancar media sosial.

Baca Juga: Kabar Gembira, Wings Air Buka Rute Penerbangan Ke Bandara Jenderal Besar Soedirman Purbalingga

Kedua, mendengarkan masalah mereka. Kadang kita lupa bahwa anak remaja memiliki masalah sendiri. sebagai orang dewasa kita harus mendengarkan dan menjadi tempat mengadu mereka.

Cara ketiga, membuat media social yang sesuai dengan umur anak. Cara ini hanya dapat dilakuakn dengan bantuan dan dukungan dari pihak dan perusahaan teknologi.

Baca Juga: PRSI Purbalingga Gelar Kejuaraan Renang Usia Dini, Ternyata Ini Tujuannya

Mereka dapat menciptakan media social yang menawarkan komunikasi yang bermakna, sehingga dapat mengurangi fungsi “like” dan browsing.

Memang, pendapatan mereka akan berkurang. Tetapi, desain media social yang lebih etis ini akan memperbaiki kebiasaan media social
yang saat ini ada.***

Editor: Kurniawan

Sumber: berbagai sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x