Melihat Dekat Lengger Lanang Banyumas, Mengeruk Nilai Kemanusiaan Masa Lalu

- 26 Mei 2022, 10:30 WIB
Tangkapan layar pentas lengger lanang
Tangkapan layar pentas lengger lanang /YouTube/ dhimas Pudjo

Lensa Purbalingga - Generasi muda Indonesia harus melestarikan warisan budaya. Seperti kewajiban melestarikan kesenian Tari Lengger Lanang Banyumasan yang menjadi warisan budaya Indonesia. Karena di pundaknya lah ada potensi mempertahankannya.

Tarian ini beradaptasi dengan kondisi alam yang melingkupinya, mengeruk nilai-nilai kemanusiaan, seperti penerimaan pada pluralisme serta terbuka pada praktik silang budaya.

Baca Juga: Pemkab Purbalingga Kalah di Pengadilan Kasus Tukar Guling Tanah Desa Makam, Ini Respon Bupati Tiwi

Istilah “Lengger” merupakan jarwo dhosok (kata bentukan) yang berarti diwei jeneng leng jebulane jengger.

“Leng” adalah simbolisasi kelamin wanita, sedangkan “jengger” adalah simbolisasi kelamin pria. Sehingga, Tarian “Lengger” ini secara etimologi tersusun dari dua kata yaitu leng dan jengger yang memiliki arti disangka perempuan ternyata seorang laki-laki.

Baca Juga: Kenalan dengan e Faktur Pajak, Solusi Mengelola Pajak Makin Mudah

Istilah “Lengger” diperkirakan baru muncul setelah pada abad ke-19 semakin banyak penari laki-laki berdandan perempuan seiring dengan mulai berkembangnya kethoprak tobong yang melakukan pentas keliling.

Sunaryadi dalam buku “Lengger Tradisi & Transformasi” ISI Yogyakarta, tahun 2000 menuliskan hasil penelitiannya.

Baca Juga: Pasca Lebaran Pembuat Kartu Kerja di Purbalingga Membludag, Tercatat 2103 Orang

“Jejak keberadaan Lengger telah tersebut dalam Serat Centhini. Pada abad ke -16, awalnya seluruh penari adalah laki laki.  Sejak tahun 1918, kedudukannya digantikan oleh perempuan,” tulisnya

Namun demikian, Tari Lengger Lanang di Banyumas tetap menjadi satu bentuk kebudayaan cross-gender (lintas gender) di Indonesia.

Tarian ini bisa masuk kategori cross-gender karena pelakunya yaitu laki-laki yang berpenampilan seperti perempuan.

Baca Juga: Ridwan Kamil Berikan Kujang ke Paus Fransiskus, Benda Pusaka Khas Jawa Barat yang Sarat Makna

Dahulunya, Tari Lengger Lanang Banyumas memiliki unsur magis-religius. Karena,  pada saat pementasan menjadu wujud syukur masyarakat dalam sebuah upacara setelah panen raya.

Lengger dengan penari pria berdandan wanita berkembang sejajar dengan ronggeng dan ledhek atau tandhak

Iringannya yang pada awalnya menggunakan calung, gamelan dan ringgeng. Namun, selanjutnya hanya dipilih calung. Sekarang kita hanya dapat melihat pertunjukan lengger dengan iringan calung.

Baca Juga: Penurunan Stunting Jadi Fokus Pemkab Purbalingga

Sejalan laju perkembangan zaman. Tari Lengger Lanang Banyumas menjadi kesenian rakyat yang hadir dan naik panggung sejak lama dalam lingkungan masyarakat agraris Banyumas.

 Penari Lengger melebur diri dan menyerahkan diri secara total kepada tradisi leluhur dengan mengorbankan citra dirinya sebagai laki-laki.

Seorang pria penari Lengger harus mau menanggalkan penampilan ototnya dan menggantinya lemah gemulai  berliuk-liuk dengan eloknya untuk keperluan pertunjukan dan daya tarik penonton.

Baca Juga: Ratusan Motor Karyawan Pabrik Garmen di Semarang Terendam Banjir dan Nyaris Hanyut

Pertunjukan Tari Lengger Lanang Banyumas sesungguhnya dapat menjadi media ruang publik. Dalam setiap penampilannya, penonton harus mencermati lebih seksama, menilai lebih dalam, sebanding jika sosok penari itu dilakukan oleh wanita yang sesungguhnya.

Hal ini sesungguhnya dapat menjadi kekuatan perkembangan lebih jauh menjadi pertunjukan tradisional Banyumas di masa yang akan datang.

Untuk pengembangan Tari Lengger Lanang Banyumas dengan penari pria di masa sekarang dan masa yang akan datang, peran seniman di wilayah Banyumas kreatif harus mau dan terus mengangkat setiap potensi yang ada di dalamnya.

Baca Juga: Purbalingga Raih WTP 6 Kali, Bupati Tiwi: Terima Kasih Jajaran Pemkab dan Doa Masyarakat

Berdirinya Rumah Lengger di dalam kawasan Pendopo Duplikat Sipanji Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah menjadi bukti wujud upaya pelestarian budaya, Tentunya, sekaligus menjadi cagar budaya, pusat dokumentasi, sastra dan data dari budaya Lengger.

Penari Kawakan Lengger Lanang Banyumasan, Rianto dalam acara Apresiasi Seni Budaya Banyumas dengan tema Menjaga Ketahanan Budaya Lokal Menuju Kemajuan Global), Universitas Amikom Purwokerto, yang diikuti oleh seluruh civitas akademik program studi Ilmu Komunikasi mendorong peran seniman di wilayah Banyumas harus kreatif untuk mau dan terus mengangkat setiap potensi Tari Lengger Lanang Banyumas

Baca Juga: Tanggul Tambak Lorok Semarang Jebol Akibatkan Banjir, Karyawan Pabrik Kalang Kabut Selamatkan Diri

“Tentunya dengan penari pria di masa sekarang dan masa yang akan datang. Harus ada metamorfosa Tari Lengger Lanang banyumas, dengan meneguh niat menarasikan nilai-nilai kemanusiaan di masa lalu dan di masa kini demi kualitas hidup seni tradisi Lengger yang lebih maju di masa mendatang,” katanya.  

Editor: Teguh Priyatno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah