"Insulin, kalau diproduksi dalam jumlah yang tinggi, bisa terjadi proses inflamasi atau peradangan dalam waktu yang singkat. Dalam waktu panjang, itu beresiko hiperglikemi dan diabetes meritus," kata wanita yang juga merupakan Konsultan Gizi Royal Sport Performance Center Senayan City itu.
Serat dari sayuran juga menggerakkan peristaltik usus besar yang berfungsi memuluskan pekerjaannya untuk mengeluarkan zat toksik di dalam tubuh. Jika tidak didukung oleh serat, maka bisa timbul resiko kanker kolon.
Baca Juga: Update Perkembangan Covid-19 di Jateng : Alhamdulillah, Tak ada Lagi Daerah Zona Merah
Terakhir, sayur menghasilkan sisa basa yang sesuai dengan pH tubuh yang juga merupakan basa.
"Tubuh kita pH-nya basa. Jadi kalau kita mengonsumsi makanan lalu hasilnya asam, maka ginjal, hati dan paru-paru langsung bekerja untuk membasakan," kata Dr. Rita.
Orang yang misalnya hanya makan protein saja bisa gagal ginjal karena ginjalnya bekerja keras untuk membasakan. Kalau kita makan sayur, maka itu akan membasakan dan kerja tubuh kita jadi tidak berat," imbuhnya.
Selain tidak memakan sayur, diet ala Tya Ariestya juga disorot karena asupan kalori hariannya kurang dari 500 kalori (Very Low Calorie Diet VLCD). Menurut Dr. Rita, hal ini membahayakan kesehatan dan memiliki dampak jangka pendek hingga panjang.