Anak Pilih-pilih Makanan, Dampak Kebiasaan Ibu Saat Hamil

- 17 April 2021, 09:21 WIB
Ilustrasi anak susah makan.
Ilustrasi anak susah makan. /ANTARA.

Lensa Purbalingga - Anak yang suka pilih-pilih makan memang membuat orangtua merasa jengkel bahkan khawatir.

Fase pilih-pilih makanan sebenarnya wajar saja di masa tumbuh kembang anak, tapi bukan berarti orangtua lantas terus membiarkannya hingga berlarut-larut.

Kebiasaan makan seperti ini lama-lama tidak baik untuk kesehatan anak.

Baca Juga: Polda Jateng Mulai Edukasi Larangan Mudik di 14 titik, Melanggar Bakal Diputar Balik

Anak yang susah makan atau suka pilih-pilih makanan rupanya dipengaruhi oleh kebiasaan makan ibunya pada saat hamil dan menyusui.

Ketua Pokja Antropometri Kementerian Kesehatan dan Dokter Spesialis Anak Konsultan Nutrisi & Penyakit Metabolik RSCM ​Prof. dr. Damayanti R Sjarif, Sp.A(K) mengatakan saat berada dalam kandungan, sang anak mengkonsumsi makanan yang sama dengan ibunya.

Begitu juga pada saat pemberian ASI, apapun yang dimakan ibu, akan dirasakan juga oleh bayinya.

"Anda sudah mendidik anak makan dari hamil, waktu menyusui ibu makan apa si anak juga ngerasin. Kalau mamanya enggak pilih-pilih anaknya juga," kata Prof. Damayanti belum lama ini.

Baca Juga: Kakorlantas Bantah Rekomendasikan Mudik Sebelum 6 Mei

Nyatanya, selama masa kehamilan dan menyusui, orangtua bisa memperkenalkan berbagai makanan, dengan harapan kemudian hari si kecil dapat menyukai jenis makanan apapun yang diberikan.

"Saya perhatikan yang anaknya susah makan itu, saya tanya pada ibunya waktu hamil muntah-muntah apa tidak? Kalau iya ya wajar karena bayinya engak kenal makanan, kalau dikenalkan dari hamil anaknya enggak akan rewel," ujar Prof. Damayanti.

Baca Juga: Pemerintah Larang Mudik, Kenapa? Ini Penjelasan Jokowi

Pada saat anak memasuki masa makanan pendamping air susu ibu (MPASI), sebaiknya juga diberikan makanan rumahan seperti yang disantap oleh keluarga.

Prof. Damayanti tidak menyarankan bayi diberi makanan dari satu jenis bahan saja apalagi yang mengandung lebih banyak tepung.

"Makanan berikan yang sama seperti orang rumah tapi teksturnya saja yang dibedakan. Kalau MPASI kan bisa diblender dulu, dihaluskan jadi enggak perlu lagi makanan yang harus dimasak-masak khusus gitu," ujar Prof. Damayanti.

Baca Juga: Mudik Dilarang, Gus Menteri Beri Solusi Kirimkan Saja Uangnya ke Keluarga di Desa

Sebelumnya, Konsultan Nutrisi & Penyakit Metabolik Anak FKUI-RSCM dr. Titis Prawitasari, Sp.A (K) menjelaskan, MPASI paling tepat mulai diberikan kepada anak ketika air susu ibu sudah tidak mampu mencukupi kebutuhan si kecil, maksimal ketika anak berusia enam bulan. 

Dia mengatakan, ASI sebetulnya cukup memenuhi kebutuhan anak selama enam bulan dan itu bisa dilihat dari indikator tumbuh kembang yang baik.

Baca Juga: Dukung Pembubaran KASN, Anggota DPRI RI Guspardi: KASN Cenderung Kurang Efektif dan Tumpah Tindih

Namun dokter menilai ASI sudah tidak memenuhi kebutuhan anak meski belum genap enam bulan, makanan pendamping boleh diberikan.

Jika MPASI tak kunjung diberikan ketika bayi sudah lebih dari enam bulan maka bayi kekurangan sekira 200 kalori untuk kebutuhan hariannya.

Baca Juga: Sebulan Bisa Ungkap 4 - 5 Kasus, Kabupaten Purbalingga Jadi Sasaran Empuk Peredaran Narkoba. Mengapa ?

Tanda anak sudah siap mendapat asupan gizi di luar ASI salah satunya adalah kemampuan untuk menegakkan kepala, sehingga dia sudah mampu menopang dada ketika didudukkan.

Kemudian, refleks menjulurkan lidah ketika ada makanan di mulut (ekstrusi) sudah berkurang. Anak juga dianggap sudah siap ketika bersemangat saat melihat makanan, serta mampu meraih dan memasukkan apa saja ke dalam mulut.

Editor: Kurniawan

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah